ANTARA KEBUTUHAN DAN KEINGINAN
Kebutuhan adalah sesuatu yang memang kita butuhkan. Seperti kita membutuhkan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan seterusnya. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang "belum tentu kita butuhkan" tapi kita menginginkannya.Contohnya, kita butuh makan. Jika tidak makan, bakal lemes, lapar, bisa jatuh sakit malah. Untuk memenuhi itu kita bisa makan sepiring nasi beserta lauk pauknya. Ini adalah pemenuhan kebutuhan dasar. Tapi, ketika kita sudah mulai mengatur menu makanan kita, berapa porsinya, variasi lauknya, bagaimana rasanya, ini sudah merupakan keinginan.

Dengan begitu bisa dikatakan bahwa Keinginan adalah, kebutuhan yang muncul setelah seseorang merasa bahwa pemenuhan kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi. Atau dengan kata lain, tingkat berikutnya dari kebutuhan dasar manusia dan sering menjadi dasar bagi munculnya motivasi dalam diri seseorang, sebagaimana yang dipaparkan dalam teori kebutuhan Maslow.
Maslow, memaparkan bahwa kebutuhan manusia itu membentuk piramida dimana bagian terbesar adalah pemenuhan kebutuhan fisiologi, sedangkan bagian teratas dan tertinggi adalah pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri inilah yang merupakan keinginan. Dari sini lalu muncul motivasi, cita-cita, impian dan target yang ingin dicapai.
Nah, itulah perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Masalahnya, baik kebutuhan maupun keinginan, keduanya harus dipenuhi dengan hal yang sama: yaitu keuangan yang mencukupi. Padahal, pemenuhan kebutuhan keuangan itu berasal dari satu sumber keuangan yang kita miliki: penghasilan kita.
Pertanyaannya, bagaimana caranya merencanakan keuangan agar bisa memenuhi baik kebutuhan maupun keinginan kita?
Tentu saja melalui perencanaan keuangan yang baik. Karena, perencanaan keuangan yang tidak dilakukan dengan bijaksana akan mengakibatkan berantakannya pola pengaturan antara kebutuhan dan keinginan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sandra Schmidt berikut ini:
“Anda harus rajin mengevaluasi rencana keuangan, apalagi hidup Anda terus berubah seiring dengan perkembangan waktu. Terutama ketika Anda memutuskan menikah, memiliki anak, hingga memiliki pekerjaan baru,” ujar Sandra Schmidt, Sun Life Advisor Vancouver.(sumber: 5 Perencanaan Keuangan untuk Jangka Panjang)

Dalam hal ini, keinginan akan tetap menjadi keinginan jika tidak pernah dilakukan sebuah perencanaan keuangan.
Mengapa?
Karena, keinginan untuk naik haji itu, membutuhkan dana yang tidak sedikit. Bukan hanya dana untuk naik hajinya saja (ONH) tapi juga biaya dalam rangka persiapan naik haji itu sendiri yang meliputi penyelesaian hutang piutang, mempersiapkan bekal keuangan bagi keluarga yang ditinggalkan, mempersiapkan asuransi kesehatan dan keselamatan baik bagi peserta haji maupun bagi keluarga yang ditinggalkan.
Dan yang juga harus diperhatikan adalah, sebaiknya perencanaan untuk bisa berangkat naik haji itu harus diusahakan tidak dengan sistem menunda-nunda perencanaan keuangannya.
"Nanti deh, kalau dah dapat duit banyak baru kita buka tabungan haji."
Pemikiran ini jelas salah.

Umumnya, besaran ongkos yang harus diserahkan untuk mendaftar diri di BPIH besarannya selalu berada di atas garis kemampuan keuangan yang kita miliki saat ini. Jadi, mau tidak mau memang harus nabung dulu agar kemampuan keuangan kita bisa mengejar besaran biaya ONH yang harus disetorkan ke BPIH.
Dan satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah, jatah "kursi" keberangkatan kita ke tanah suci dalam rangka ibadah haji itu ditentukan dengan sistem kuota. Artinya, ketika kita menyerahkan uang untuk pendaftaran ONH ke BPIH, bukan berarti di tahun yang sama kita bisa berangkat naji haji.
Tidak. Tidak demikian. Karena, keinginan untuk bisa berangkat naik haji itu dimiliki juga oleh seluruh ummat Islam di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Padahal, tanah suci Mekkah dan Madinah tentu saja memiliki daya tampung yang amat terbatas untuk menerima para tamu Allah tersebut. Pemerintah Arab Saudi memberlakukan sistem kuota haji. Dan di Indonesia, kuota haji yang dimiliki itu harus dibagi lagi menjadi kuota daerah. Dan inilah yang membuat seseorang tidak bisa serta merta bisa berangkat haji setelah dia melunasi ONH ke BPIH.
Tuh kan. 2 alasan ini yang harus jadi pertimbangan untuk segera membuat perencanaan keuangan agar bisa naik haji.
Perencanaan keuangan sangat diperlukan oleh seseorang atau sebuah keluarga untuk memperbaiki atau mempertahankan gaya hidup (lifestyle), memperkecil terjadinya masalah keuangan, dapat berinvestasi secara optimal, serta mengakumulasikan kekayaan dalam suatu jangka waktu tertentu. Jadi, nabung sejak dini alias dari sekarang agar bisa naik haji itu sifatnya: WAJIB.
Perencanaan keuangan sangat diperlukan oleh seseorang atau sebuah keluarga untuk memperbaiki atau mempertahankan gaya hidup (lifestyle), memperkecil terjadinya masalah keuangan, dapat berinvestasi secara optimal, serta mengakumulasikan kekayaan dalam suatu jangka waktu tertentu. Jadi, nabung sejak dini alias dari sekarang agar bisa naik haji itu sifatnya: WAJIB.
Perencanaan keuangan yang dilakukan dengan baik, insya Allah akan memberikan dampak pada masa depan yang cerah dan memberikan kesejahteraan yang imbasnya akan kembali pada diri kita dan keluarga kita sendiri.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika kita ingin mulai melakukan perencanaan keuangan agar bisa naik haji adalah:
1. Kita harus memulainya dengan melakukan pembedaan antara keinginan dan kebutuhan dan investasi naik haji itu sendiri.
Jadi, dari keseluruhan penghasilan yang kita peroleh tersebut, mulai dibedakan berdasarkan prioritas kebutuhan.
Prioritas kebutuhan itu meliputi:
- Prioritas kebutuhan sehari-hari yang harus dikeluarkan (ongkos tranportasi, iuran tetap, belanja kebutuhan pokok, pembayaran bulanan yang bersifat wajib,dll)
- Prioritas kebutuhan yang tidak bersifat urgent (seperti jalan-jalan, beli baju baru, makan di restoran, rekreasi, ganti model handphone,dll)
- Prioritas kebutuhan untuk dana tak terduga (biaya berobat atau musibah, biaya perbaikan rumah, pembiayaan mendadak lainnya)
- Prioritas kebutuhan akan tabungan (selalu sisihkan uang untuk menabung)
- Prioritas kebutuhan untuk naikhaji
- Prioritas kebutuhan untuk investasi
Itulah pemisahan cabang-cabang prioritas kebutuhan yang kita lakukan jika memang ingin merencanakan keuangan untuk bisa berangkat haji. Sejak awal, usahakan (niatkan) untuk memisahkan dana untuk berangkat haji menjadi satu cabang prioritas tersendiri.
2. Setelah melakukan pemisahan antara kebutuhan dan keinginan, maka lanjutkan dengan membuka tabungan investasi haji.
Ada banyak lembaga keuangan yang membuka layanan bantuan untuk pembukaan tabungan investasi haji ini, seperti yang dilakukan oleh Asuransi Brilliance Amanah Sun Life Financial Indonesia, atau oleh unit bank syariah lainnya.
Biasanya, jenis investasi haji ini dimulai dengan pembukaan rekening haji sebesar minimal Rp100.000. Lalu, untuk seterusnya setoran tiap bulan yang tidak dibatasi maksimal jumlahnya, tapi minimal Rp50.000. Karena ini merupakan jenis investasi untuk sesuatu yang direncanakan, maka jenis investasi ini tidak boleh diambil setiap saat. Karenanya, tidak ada pemberian kartu ATM.
3. Ingatlah, untuk cermat dalam memilih dimana kita akan meletakkan investasi tabungan haji kita.
Karena, tiap-tiap lembaga keuangan tentu memberikan janji pelayanan yang beragam. Dalam hal ini, kita bisa memperhatikan apa saja jenis layanan yang diberikan oleh masing-masing lembaga keuangan tersebut.ini salah satu layanan asuransi investasi haji (gambar brosur asuransi brilliance amanah) |

4. Jangan khawatir jika jumlah yang kita tabung saat ini terlihat kecil jumlahnya. Karena, apa yang saat ini terlihat kecil, jika terus dilakukan investasi padanya, maka dia akan bertambah terus total jumlahnya.
Memang, perencanaan keuangan yang kita lakukan dalam rangka mencapai target yang kita inginkan, akan mempengaruhi area lain dari kondisi keuangan kita.
Tidak mengapa. Jangan kecil hati dan terus bersemangat ya. Disitulah kita harus melihat kembali pada rincian prioritas kebutuhan yang sudah kita buat di poin pertama, mana yang urgent dan mana yang bisa ditunda.
Prioritas kebutuhan adalah patokan yang harus ada dan harus diingat dalam mengelola keuangan.
Nanti tidak terasa kok. Tidak tahunya setelah sekian waktu, jumlah yang kita sisihkan dalam investasi tabungan haji kita ternyata telah mencukupi untuk bisa melakukan setoran awal guna memesan kursi keberangkatan Haji di KBIH. (horee.. alhamdulillah).5. Selalu rajin melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap investasi tabungan haji kita.
Ini tips dariku:Ketika kita sudah membuka investasi tabungan haji, jangan dilihat investasi ini seperti investasi tabungan lainnya. Dalam arti, "kalo terjadi sesuatu yang tak terduga, maka dana ini bisa diambil.". Jadi, sisihkan, tabung, lalu ikhlaskan untuk niat ongkos naik haji.
Setelah itu, secara berkala, coba dilihat berapa jumlahnya dan hitung juga berapa penghasilan kita saat ini. Penghasilan seseorang itu umumnya selalu mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan pengetahuan dan pengalaman seseorang dalam bekerja dan berusaha. Nah, kalau bisa, jumlah setorannya jangan sama terus dengan jumlah setoran awal. Tapi, semakin bertambah waktu ditambah lagi lebih besar jumlah setorannya.
Untuk mudahnya, mungkin kita bisa menerapkan sistem target agar perencanaan keuangan untuk bisa naik haji ini segera terealisasi. Seperti misalnya menerapkan target minimal 15% dari penghasilan harus disisihkan untuk menambah investasi tabungan haji.
Jika jumlahnya sudah mencapai 15 juta rupiah (Rp15.000.000), itu berarti saatnya untuk semakin giat menambah investasi.
Kenapa? Karena untuk mendapatkan nomor kursi keberangkatan di BPIH, setoran awalnya harus sebesar 25 juta rupiah (Rp25.000.000).
Jadi, setelah kita menyetor uang pendaftaran untuk mendapatkan jatah kursi kuota keberangkatan di Departemen Agama setempat, kita akan mendapatkan nomor registrasi. Nomor registrasi ini yang memberitahu kita kapan keberangkatan kita. Sekaligus memandu kita jika kita punya keinginan lain sehubungan dengan keberangkatan kita ini (termasuk disini seperti misalnya jika sudah udzur atau sakit maka bisa mengajukan keinginan untuk memperoleh prioritas diberangkatkan).
6. Pilih travel atau KBIH yang akan mengorganisasi keberangkatan kita.
Setelah menyetor uang pendaftaran dan mengetahui kapan kita berangkat, hal berikutnya adalah menabung untuk sisa uang yang harus disetor di saat pelunasan nanti.Misalnya, tahun 2010 kita bayar setoran ONH sebesar 25 juta lalu diberitahu akan berangkat tahun 2015. Setelah dicek ternyata tahun 2015 ditetapkan ONH sebesar 36,07 juta. Berarti, di tahun 2015 itu kita harus menyetorkan sisa yang harus dilunasi sebesar 36,07 juta - 25 juta = 11,07 juta.
Nah... setelah kita setorkan sisa ini, kita bisa daftarkan diri kita di KBIH milih pemerintah (sesuai dengan yang sudah ditunjuk). Lalu ikut manasik dan persiapan haji yang diadakan oleh KBIH tersebut.
Alhamdulillah... akhirnya, perencanaan keuangan agar bisa naik haji bisa tercapai.
Yuk... kita mulai sekarang.
Berangkat haji di usia yang belum terlalu tua itu menurutku lebih baik loh. Karena, menjalankan ibadah haji itu memerlukan fisik dan psikis yang kuat.
Semoga kita semua bisa berangkat haji dan dimudahkan jalan oleh Allah untuk bisa berangkat haji.
Aamiin.