Quantcast
Channel: Ocehan Ade Anita
Viewing all 722 articles
Browse latest View live

Pindah Rumah (3) : Persiapkan Rumah Baru

$
0
0
Sebagian barang sudah dipindahkan ke rumah baru? Nah... apakah kita siap pindah ke rumah baru sekarang? Nanti dulu. Ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum kita benar-benar pindah ke rumah baru meski sebagian barang sudah dipindahkan.

HAL-HAL YANG HARUS DIKERJAKAN DI RUMAH BARU.

1. Cek meteran listriknya. Rumah baru itu menggunakan meteran listrik Prabayar atau pasca bayar. Jika prabayar maka catat nomor PLN-nya dan lihat sudah tinggal berapa lagi pulsa yang ada. Jangan sampai hari pertama pindah, tiba-tiba shubuh-shubuh alarm listrik prabayarnya bunyi lagi. Maklum. Biasanya, sisa pulsa yang disisakan oleh penghuni sebelumnya hanya sedikit saja; jatah untuk menghidupkan lampu teras depan. Begitu kita pindah, kita akan menyalakan kulkas, televisi, komputer, lampu semua ruangan, mesin air dan... sudah pasti sisa pulsa listrik prabayar akan langsung tersedot sempurna dengan cepat.

2. Cek mesin airnya. Itu yang sistem harus dimatikan secara manual jika air di toren penuh atau otomatis mati. Dan dimana letak tombol mematikan dan menghidupkannya. Jaman sekarang sudah tidak digunakan sistem sakelar cabut dan pasang lagi. Tapi sudah memakai sistem tombol otomatis (hehehe, ini mah saya aja yang kuper ya.. hahahha... jadi kemarin pas saya pindahan, saya muter-muter nyari dimana colokan buat menyalakan mesin airnya. Eh.. gak taunya colokannya sudah berbentuk sakelar ditanam di dalam dinding. hahahahhaa).  Tidak tahunya, oleh pemilik rumah kontrakan, semua colokan listrik dan air dijadikan satu dalam sakelar MCB.

Punya saya yang warna orange itu tuh. 
Jadi, tidak ada pemisahan, semua listrik dijadikan satu sakelar, dan sebelahnya diisi untuk sakelar mesin air. Jadi cuma ada dua sakelar. Sebelah kanan mesin air, sebelah kiri listrik. Pantas saja saya cari-cari mesin airnya dimana tidak bertemu. hahahaha.

3. Benahi dulu tamannya.
Nah... karena di depan rumah saya lalu lalang kendaraan cukup ramai, jadi keberadaan taman itu penting untuk menjadi filter bagi debu-debu yang beterbangan. Tapi, karena rumah lama saya sedang direnovasi dan sudah pasti taman di rumah lama saya akan rusak, maka taman di rumah baru juga merupakan tempat penitipan untuk tanaman saya di rumah lama. Beberapa tanamana yang tingginya kurang dari 1 meter, pasti akan tertimbun batu dan pasir. Kasihan kan. Jadi, saya cabut-cabutin saja tanaman tersebut lalu saya tanam lagi di rumah baru. Setidaknya saya sudah menyelamatkan pahlawan udara bersih bagi lingkungan: tanaman.

4. Panggil tukang untuk bongkar pasang AC di hari yang sama dengan kita pindah. Tukang AC itu kan punya alat bor, jadi kita bisa meminjam bor-nya jika ingin memaku sesuatu... hehehehe. Nggak sih, bukan itu alasannya. Tapi agar AC sudah terpasang ketika malamnya kita akan tertidur karena kelelahan pindah rumah seharian.

5. Jangan lupa juga: catat kapan kedatangan tukang sampah di rumah baru dan berapa yang harus dibayar untuk retirbusinya.

6. Mulai hafalkan alamat barumu apa. heheheh (soalnya saya pernah bingung alamat rumah baru apa ya, pas mau memesan sesuatu... hahahahahha.. konyol emang).

Aku Punya Dua Lelaki Hebat (alhamdulillah) (1)

$
0
0
Sejak menikah, aku tidak menggunakan tenaga pembantu rumah tangga (sekarang, istilah ini di perkotaan dan di kalangan menengah terpelajar diganti dengan istilah asisten rumah tangga; bahasa inggris untuk kedua profesi ini adalah housemaid). Semua berawal ketika aku menyusul suamiku yang menjalankan tugas belajar di luar negeri kala itu tidak lama setelah melahirkan anak pertama. Tenaga housemaid disana mahal. Tapiiii... barang-barang elektroniknya murah. Jadi, meski tidak menggunakan tenaga housemaid, aku menggunakan secara maksimal keberadaan benda-benda elektronik untuk memudahkan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Hasilnya, aku sih happy-happy aja.

Oh ya, jangan menyangka bahwa hidupku sebelumnya memang terbiasa dengan pekerjaan rumah tangga. Kebetulan, sebelum menikah aku dikaruniai sebuah keluarga yang cukup berada. Jadi, yang namanya pembantu rumah tangga alias housemaid itu selalu ada di rumahku. Terkadang satu orang, terkadang lebih dari satu; pernah sampai tiga orang malah. Rumah ayah memang besar, berdiri di atas lahan setengah hektar, bertingkat dua pula dengan tujuh (7) buah kamar tidur dan tiga (3) buah kamar mandi serta dua buah halaman di depan dan samping rumah yang amat luas. Rasanya jaman dahulu tuh tidak mungkin jika tidak menggunakan tenaga pembantu untuk membereskan rumah itu. Belum cucian pakaiannya yang selalu menggunung karena berasal dari 5 orang anak (anggota tetap rumah, yaitu kami-kami ini) dan minimal 4 orang dewasa (selain ibu dan ayah, selalu ada saudara yang tinggal menumpang di rumah. Entah untuk keperluan sekolah, atau tugas dinas kantor atau belum menikah tapi bekerja di Jakarta. Kami adalah keluarga perantauan, dan ayah dianggap sesepuh dalam hal ini di kampung halamananya sehingga jika ada saudara dari Palembang atau Sumatra Selatan yang akan ke Jakarta, pasti tinggalnya di rumah).
Karena dari kecil selalu dilayani oleh pembantu rumah tangga (dibantu oleh saudara yang juga tinggal di rumah) maka aku tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Tidak terbiasanya tuh sampai ke level benar-benar tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Itu sebabnya ketika baru menikah dan suamiku belum berangkat tugas belajar ke luar negeri itu, suamiku yang mengerjakan semua pekerjaan rumah dalam rangka mendidik aku istrinya. Mulai dari membereskan tempat tidur, mengebutnya dengan sapu lidi (dulu waktu awal nikah, aku cuek saja dengan apapun kondisi tempat tidur kami. Berantakan kek, rapi kek, dibiarkan begitu saja. Lalu suamiku yang mengajakku membereskannya; awalnya mengajari caranya seterusnya menegur jika aku lupa. Akhirnya aku jadi otomatis merapikannya (dengan catatan: kalau aku ingat...).

Sampai urusan mencuci pakaian dan menyeterikanya pun dikerjakan oleh suamiku sebelum dia berangkat bekerja atau ketika ada di akhir pekan. Termasuk juga cuci piring malah. Dulu aku paling jijik jika disuruh cuci piring oleh suamiku. Jadi, jika dia membujuk aku untuk cuci piring sisa makan dan memasak kami, aku selalu mengerjakannya sambil berlinang air mata. hahahha.... Waktu itu sebellll banget. Hingga muncul sebuah ide cemerlang.

"Mas... kenapa sih kita nggak makan pake daun saja. Jadi setelah makan, tinggal buang."
"Hush. Memangnya kita sedang tinggal di hutan."
"Ade sebel kalau harus cuci piring tiap hari."
"Ya gimana? Kalau tidak dicuci nanti bertumpuk terus... lagian, kalau tidak dicuci nanti piringnya habis terus kita makan pake apa? Makan pake daun nggak bisa pake kuah. Iya kan?"

Suamiku sabarrrrrr sekali orangnya. Dia tidak marah karena aku selalu menolak mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang buatku benar-benar baru itu (kebanyakan sih karena alasan tidak bisa mengerjakannya alias gak tau caranya). Tapi parahnya, dia juga selalu menolak keras proposal yang aku ajukan agar kami mencari tenaga pembantu rumah tangga untuk membantuku.

"De... rumah kita tuh isinya cuma kita berdua. Perabotan juga nggak banyak. Rumahnya juga mungil. Apa yang mau dikerjakan oleh dia coba, padahal gaji terus dikasih? Nggak ah. Kita bisa kok mengerjakan sendiri."

Iya juga sih. Sebelum menikah, aku memang mengajukan syarat bahwa aku akan menikah jika dia sudah punya rumah milik sendiri. Aku tidak mau jika hanya rumah kontrakan saja. Karena, dari pengalaman yang aku lihat pada orang-orang, sering mereka yang tinggal di rumah kontrakan pada akhirnya tidak pernah sempat untuk menabung untuk membeli rumah sendiri. Akibatnya, seumur hidup harus tinggal di rumah kontrakan. Padahal, di keluargaku, rumah dan tanah itu adalah investasi. Jadi, punya rumah sendiri itu termasuk investasi yang harus dimiliki. Meski kecil yang penting sudah rumah sendiri. Jadi, setelah menikah, suamiku memboyongku tinggal di rumah tipe 45 di pinggir kota Jakarta. Mungil dan sederhana. Dan seperti pengantin baru lainnya, barang-barang yang kami miliki baru televisi, mini HIFI,  lemari, seperangkat meja makan dan seperangkat tempat tidur. Sudah. Tidak ada lemari pajangan, tidak ada pajangan, karpet atau apa saja. Memang benar apa yang dikatakan suamiku. Jika kami memiliki pembantu saat itu, dia juga bingung kali mau mengerjakan apa di rumah yang isi rumahnya saja cuma sedikit banget. Paling ujung-ujungnya dia keluar rumah setelah membereskan tempat tidur (yang cuma ada satu itu) lalu ngerumpi dengan tetangga. hahahahha... gabut berat.

Bukan tanpa usaha akalku untuk memudahkan pekerjaan baruku membereskan rumah. Aku pernah, saking bencinya dengan pekerjaan cuci piring, akhirnya membuang semua piring-piring kotor di dapur ke tempat sampah. Lalu aku membeli piring yang baru; yang bentuknya sama persis, tapi lebih bersih. Tinggal disiram air sejenak untuk menghilangkan debu, lalu mengelapnya sampai kering. Lewat sebulan aku melakukan hal itu, duit sakuku pun habis. hahahahha.... dan sepertinya pemulung di luar sana sedang bergembira karena setiap hari menenukan piring-piring yang masih amat layak pakai di tempat sampah.

Setelah duitku habis, aku minta suamiku. Tapi suami belum gajian. Jadi, aku naik kereta api dan berangkat ke Jakarta (kesannya jauhhh banget ya rumahku itu. hahaha.. padahal sih cuma di pinggir Jakarta saja dan kereta api tuh transportasi paling cepat tanpa ngetem dan tanpa macet). Aku ke rumah orang tuaku. Ibu selalu memberikan salam tempel setiap kali kami bertemu. Cukup untuk membeli piring baru. Tapi, duit itu seminggu langsung habis. Lalu aku kembali ke rumah orang tua lagi, dan ibuku kembali memberiku uang. Tapi kali ini di depan ayahku. Melihat adegan aku menerima uang saku dari ibu, ayah langsung menegur ibu dan aku.

"Jangan memberi dia uang lagi." kata ayah.
"Buat jajan saja kok. Sedikit." Ibu membela diri.
"Nggak. Dengar kataku, jangan memberi dia uang, kecuali jika dia memang memintanya dengan sebuah alasan. Anakmu itu sudah menikah, sudah punya suami, jadi kita tidak boleh lagi ikut urusan rumah tangga mereka."
"Ai kolot nian. Aku cuma ngasi uang jajan saja, bukan ingin mencampuri urusan rumah tangga anak-anak."
"Memberi uang jajan pada anak yang sudah menikah itu termasuk mencampuri urusan rumah tangga anak-anak. Mulai sekarang, semuanya harus sepengetahuan suaminya. Kalau dibelakang suaminya kamu memberi dia uang jajan, itu berarti kamu mengajarkan anak untuk diam-diam menerima pemberian dari orang lain tanpa sepengetahuan suaminya."

Lalu dengan sekali renggut, ayah mengambil uang yang sudah terkepal di dalam genggaman tanganku. Duhhhh.... hilang sudah uang untuk membeli piring baruku. hiks.
Ibuku marah ditegur demikian, di depan aku lagi anaknya. Jadi, ibu marah-marah lalu masuk ke dalam kamar sambil membanting pintu. Ayah tidak menggubrisnya. Sebaliknya, dia mendekatiku.

"De, mulai sekarang, ayah melarang kamu untuk menerima hadiah apapun, termasuk uang, tanpa sepengetahuan dari suamimu. Ingat ya nak, setelah menikah, suami itu adalah orang pertama yang harus kamu patuhi. Bahkan kamu harus lebih patuh ke dia ketimbang pada ayah dan ibu. Jika suamimu sekarang hanya bisa memberimu uang gajinya saja, maka kamu harus terima dan belajarlah untuk menghemat. Jika suamimu memberimu uang tambahan di luar gaji dan mengajak untuk bersenang-senang, nikmati. Tapi jika dengan uang tambahan itu dia punya pemikiran lain, ikhlaskan selama itu untuk kebaikan. Tapi jangan pernah menerima uang dari siapapun, siapapun, termasuk dari ayah dan ibu tanpa sepengetahuan dari suamimu. NGERTI?"

"Ngerti ayah."
"Dan selain bermufakat diam-diam di belakang punggung suamimu, kamu juga tidak boleh berbohong padanya."

Aku menangis waktu itu. Kebayang lagi harus cuci piring jika tidak bisa membeli piring baru. hahahha.... Akhirnya, dengan sisa uang yang aku miliki, aku naik kereta api dan turun di stasiun Pasar Minggu. Disanalah aku menemukan pring plastik. Harganya jauhhhh lebih murah daripada piring beling. Dijual perkodi dengan harga yang amat murah. Wah. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sejak itu, kami menggunakan pirng plastik untuk makan. Setelah makan dibuang. Horeeee.

Sampai akhirnya, suamiku mulai curiga.

"De... piring-piring kita kenapa sekarang plastik semua ya?" (duh.. kenapa dia tiba-tiba bertanya sih? Biasanya gak pernah ada pertanyaan. Aku mengalami dilema. Mau berbohong, kata ayah tidak boleh berbohong. Kalau jujur, takutnya nanti kena marah. Tapi... aku adalah anak yang selalu menuruti perkataan ayahku. Jadi, aku jujur berkata padanya.)

"Mas... ade malas kalau harus cuci piring terus. Ade jijik. Jadi, sejak sebulan lalu, ade buang piring.  Lalu..... bla..bla..bla..." (mulutku terus bercerita dengan jujur, sejujur-jujurnya. Karena kejujuran pertamaku ini, sampai sekarang aku sulit sekali berbohong di depan suamiku).

Suamiku yang sabarnya luar biasa itu (semoga Allah senantiasa memberinya keberkahan) sama sekali tidak marah. Dia kaget, dan mungkin shock juga, tapi sama sekali tidak marah. Dia mau mengerti dan berkata bahwa dia akan membantuku tapi tetap saja aku harus mengerjakannya.

"Kalau kamu nggak pernah mengerjakannya, nanti kamu gak pernah tahu  bagaimana cara mengerjakannya."

Sejak itu, jika selesai makan, maka suamiku menyisihkan semua kotoran di piring kotor, membuangnya ke tempat sampah, dan piring yang sudah tidak ada kotorannya lagi itu ditaruh di tempat cuci piring. Aku tetap dimintanya untuk mencucinya. Tapi kali ini dia menemani dengan berdiri di sampingku dan bercerita tentang apa saja. Sehingga aku tidak punya kesempatan untuk bersedih atau merasa sedang dikerjain, atau merasa sendirian lalu punya pikiran sedang melakukan pekerjaan yang menjijikkan.

Lama-lama, yang semula cemberut mencuci piring dan cuma terdiam sambil mendengarkan dia berbicara apa saja, aku mulai tergelitik untuk ikut menimpali semua pembicaraannya. Lalu, perlahan mulai melakukan pekerjaan cuci piring sambil ngobrol hingga tidak terasa semua piring sudah bersih dicuci. Setelah semua pekerjaan dapur beres, sambil ngobrol seru kami kembali ke dalam kamar dan melakukan pekerjaan lazimnya sepasang pengantin baru. #eh? :P

Satu bulan yang lalu, yaitu bulan JUni 2014, ketika sedang membicarakan pengalaman sebuah keluarga baru dan mertua mereka, suamiku memberi sebuah komentar yang buatku surprise sekali. Karena selama ini aku tidak pernah mendengar dia mengatakan seperti itu.

"Kalau aku sih, aku lebih suka dengan sistem ayah kamu. Dia tidak pernah mencampuri urusan rumah tangga anaknya; dan memberi kesempatan pada anak untuk mandiri."

"Tapi mas, mertuanya dia kan tidak mau jika dia sampai terpuruk gitu."

"Sekali lagi, aku lebih setuju dengan cara ayahmu terhadap rumah tangga anak-anaknya. Ayahmu memang kayaknya cuek, tapi sebenarnya dia mengajarkan anaknya bahwa hidup ada kalanya di bawah, tidak selalu di atas, tapi justru dengan itu anaknya jadi belajar." (sambil melirikku manis sekali. Uhuk.... uhuk).






Ayah dan Aku

$
0
0
ini arsip dari status facebookku tanggal 15 Juli 2014

foto diambil dari akun facebook John Tesh



Kalau hal ini ditanyakan padaku, maka jawabanku sudah pasti satu orang: AYAHKU.

Sampai sekarang, aku tetap merindukan beliau meski dia sudah meninggal dunia tahun 2009 lalu.
Waktu piala dunia bertanding, aku pasti akan mendengar celotehnya yang berharap team Belanda kalah (hahaha, maaf ya buat penggemar team Belanda). Sejak dulu ayah tidak pernah mau membela team Belanda bahkan meski mereka hebat di lapangan. Alasannya sederhana: karena Belanda pernah menjajah kita. Xixixi.

Lalu ketika pemilu dan pilpres kemarin, pasti ayah akan mengajakku diskusi tentang perkembangan politik terkini. Aku dan ayah kadang berbeda pandangan tapj kami selalu berdiskusi tanpa menyakiti atau menyerang pihak yang berbeda dengan pilihan kami. Hanya saja, ayah tidak suka jika aku menyatakan keberpihakanku tapi aku tidak tahu alasannya. Harus ada alasan yang bisa dipertanggung jawabkan untuk semua pilihan keberpihakan kita.

Satu jam pasti tidak akan cukup.
Semasa hidupnya, meski sudah dilarang ibu yang takut ayah sakit, ayah tetap setia mengunjungiku setiap pagi. Ketukan tangannya di pintu rumahku sudah menjadi kerutinan.
Datang.. lalu baca koran. Setelah itu kami akan ngobrol membedah isi berita terkini yang dia baca dari koran yang dibacanya.

Rutinitas ini yang membuatku bahkan hingga 2 tahun setelah kematian beliau, tetap menunggu di ruang tamu yang sepi dan koran hari ini di tangan. Berharap ayah datang mengetuk pintu seperti dulu.

PEKAN LALU... aku akhirnya bermimpi bertemu ayahku.
Kami berbincang akrab di atas buritan sebuah kapal laut yang sedang bergerak membelah laut. Hingga tiba di sebuah dermaga, ayah memaksaku untuk turun dan kembali berkumpul dengan suami dan anak2ku.
Aku menolak. Aku ingin pergi bersamanya. Rinduku belum tuntas. Tapi ayah menepis keinginanku.

"Belum saatnya, ade. Belum saatnya."

Lalu dihantarnya aku kembali ke tepi dermaga menyambut suamiku dan anak2 yang menunggu.
Sedih.
Harus berpisah lagi.
Harus kangen lagi.

Lihat foto ini aku jadi ingat hamparan laut yang kami pandangi di atas buritan kapal di mimpi itu. Indah sekali pemandangannya kala itu.
Langit yang biru cerah.
Perairan yang biru kehijauan.
Angin yang berhembus lembut.
Dan ayah yang membiarkan kepalaku bersandar di atas pundaknya.

Masak Apa: Sapo Tahu

$
0
0
Bingung masak apa buat sahur? Aku termasuk orang yang lebih suka masakan yang mudah dan tidak terlalu rumit bikinnya. Dan utama, karena di rumah orang-orangnya tidak suka cabe alias ogah pedas, serta menghindari santan jadi kecenderunganku masak adalah sesuatu yang serba tumis atau rebus.
Kali ini, mau berbagi resep masakan SAPO TAHU.


BAHAN: 

Bawang putih dikeprek lalu dicincang kasar.
Jahe dikeprek.
Bawang bombay iris sedang berbentuk cincin.
Saus tiram
Garam
Merica
Gula
Minyak untuk menumis

Wortel iris serong rada-rada kotak
Brokoli ambil kuntumnya saja
Bakcoy potong-potong
Jamur merang iris tipis
Paprika, iris tipis
Cabe merah besar (karena keluargaku tidak ada yang bisa makan pedas jadi semua bijinya sudah aku singkirkan baru aku iris kasar serong)

Tahu sutra, iris bundar, celupkan di kocokan telur lalu goreng hingga coklat. 
Fish cake atau fish schallop, digoreng.
Baso ikan iris tipis

CARA MEMBUATNYA:

Bawang putih, ditumis hingga harum, masukkan bawang bombay tumis hingga layu, masukkan jahe, lalu lanjut masukkan baso ikan, lalu wortel. Beri Saus tiram, garam, merica dan gula. Kasi air setengah gelas, beri kaldu ayam tapi nggak juga boleh, tutup sebentar. Jika wortel sudah tidak keras lagi, masukkan jamur merang, brokoli, aduk hingga jamur merang terlihat matang. setelah itu baru terakhir masukkan tahu sutra dan fish cake serta bakcoy nya. Aduk hingga bakcopy matang.

Hidangkan.
Selamat mencoba.

Bahagia itu Sederhana

$
0
0
Bahagia itu sederhana saja.

Tidak perlu memiliki harta untuk membuat hati merasa bahagia. Aku belajar hal ini dari putri bungsuku. Dia tidak pernah menuntut sesuatu yang tidak terjangkau kemampuan orang tuanya. Pun tidak pernah marah jika suatu hari menghadapi kenyataan bahwa keinginannya tidak terpenuhi. Yang dia inginkan hanya satu: dekat dan merasa nyamana dengan kedua orangtuanya.

Itu sebabnya, setiap kali bepergian, dia tidak pernah menuntut minta dibelikan sesuatu. Cukup selama di perjalanan itu, aku menggenggam tangannya dengan lembut dan mengajaknya berbincang-bincang.

Di rumah, dia tidak pernah menuntut makanan yang terhidang harus yang enak apalagi mewah. Cukup dia dilibatkan dalam proses pembuatan dan apapun hasilnya ada apresiasi positif untuk jerih payahnya tersebut.

Dan ketika PEMILU (pemilihan umum) dan PILPRES diadakan, meski dia belum masuk umurnya untuk bisa punya hak untuk mencoblos tapi dengan ikut masuk ke dalam bilik lalu melihat proses pencoblosan dan berakhir dengan kesempatan bisa merasakan ujung jarinya dicelup dan diwarnai tinta pemilu dia sudah bahagia luar biasa. 

Ah. Bahagia itu sederhana kok.




Jalan-Jalan Ke Museum Nasional (1)

$
0
0
 Bulan lalu, alhamdulillah tulisanku yang diikut sertakan di lomba museum nasional terpilih sebagai salah satu tulisan paforit pilihan juri. Hadiahnya lumayan. Nah, karena kebetulan bulan lalu putri-putriku libur sekolahnya jadi aku ajak mereka ke museum nasional. Sayangnya, museumnya tutup jika hari senin ternyata. hahahaha.. dodol, kenapa gak merhatiin jadwal kunjungan dulu ya.

Tapi gak papah.
 Karena kami jadi bisa jalan-jalan sih. Sekaligus foto-foto meski di luarnya saja.
Eh... dikasih juga sih brosur tentang MUseum Nasional. Sedangkan hadiahnya ternyata bisa diantar ke rumah (hahahaha ngapain juga jauh-jauh datang ke sana).






Menuju Rumah Impian (1) : bongkar rumah

$
0
0
Aku dan suamiku mengunjungi rumah kami yang sedang direnovasi. Pingin lihat sudah seperti apa perubahannya.

Ternyata sudah lumayan banyak perubahannya. Dan mulai terlihat juga bahwa struktur rumah lama sudah banyak yang rusak. Bersyukur Allah masih melindungi kami sekeluarga sehingga rumah itu tidak roboh ketika kami masih menempati rumah itu dulu. Memang sih, di setahun terakhir kondisinya mulai parah memang. Setiap kali musim hujan tiba pasti listrik di rumah lama itu, yang displit jadi dua bagian, akan mati separuh rumah. Separuh rumah itu berarti bagian kamar utama, kamar putra sulungku, ruang tamu, teras depan. Itu sebabnya jika malam tiba bagian depan rumahku akan gelap sekali sepanjang musim hujan atau ketika musim hujan sudah berlalu tapi hujan turun dengan deras.

Pernah tetangga belakangku protes padaku suatu hari.
"Bu Ade, depan rumahnya dikasi lampu dong kalau malam. Rumah ibu jadi seram banget jika malam hari. Seperti tidak berpenghuni."

"Oh, maaf deh bu. Itu karena ada bagian dari listrik di rumah yang kayaknya korslet deh jadi setiap kali hujan pasti padam listriknya separuh rumah. Gak bisa diapa-apain."

"Bu Ade gak takut apa rumah kayak gitu? Kayak gak berpenghuni. Seram deh. Lagian, nanti kalau kebakaran gimana?"

"Insya Allah nggak takut bu. Itu kan rumah saya. Lagian takdir jika sudah dijatuhkan nggak bisa dihindari juga. Tapi insya Allah masih aman sih, kan dia sudah otomatis padam listriknya jadi insya Allah gak kebakaran."

Akhirnya, alhamdulillah setelah datang rezeki kami pun segera menghubungi kontraktor dan mulai membicarakan apa keinginan kami dan apa batasan yang kami miliki.

"Kita inventarisir dulu, kemauan bapak dan ibu apa." Itu yang diucapkan oleh kontraktor/calon arsitek yang akan kami sewa.

"Kami ingin punya ruang perpustakaan yang luas dan nyaman. Buku-buku koleksi ini sudah terlalu banyak. " Sambil melirik lemari buku yang mulai jebol kapasitasnya dan tumpukan buku dimana-mana. Rumahku memang tidak punya lemari pajangan untuk memperlihatkan pernak pernik hiasan rumah. Yang ada hanya lemari buku dan lemari buku.

"Aku pingin punya dapur dimana bisa dihuni oleh tiga orang sekaligus yang masak bersama tapi kalau bisa ada ventilasi yang cukup agar asap dapur tidak berbalik masuk ke dalam rumah." Aku langsung membayangkan diriku dan kedua putriku kutak-katik di dapur mengolah makanan.

"Ada tiga kamar untuk anak-anak."
"Iya bener, aku nggak mau tidur berdua Hawna. Aku maunya tidur sendiri ah."
"Ada gudang juga."
"Eh... buatkan aku kamar untuk menjahit mas. Aku sudah lama tidak pernah menjahit karena gak kebagian ruangan buat menjahit."
"Anak tangganya jangan terlalu tinggi undakannya, karena jika sudah tua sakit nanti kakinya jika undakan anak tangganya terlalu tinggi."
"Jangan lupa, ada taman di dalam rumah."
"Sama ini mas, ruang untuk menyetrika dan mencuci pakaian."
"oh iya, tempat wudhu. Buatkan saya tempat wudhu yang terpisah dari kamar mandi."
"Dan buatkan aku parafet untuk menaruh sapu, kain pel, karbol, botol2 cairan kimia yang terpisah dengan dapur."


Setelah semua keinginan dari semua orang diinventarisir, si arsitek pun pulang membuat rancangan rumah. Seminggu berikutnya dia datang lagi dengan rancangan yang memenuhi semua daftar keinginan. Tapi, ternyata harganya mahal pembuatan rumahnya. Dinego nggak bisa turun, kami pun ganti arsitek lain.

Lalu mulai membuat daftar keinginan lagi tapi kali ini dengan batasan harga renovasi rumah yang kami sanggup. heheheh, belajar dari kegagalan negosiasi dengan arsitek pertama.
Eh, ternyata arsitek kedua ini cocok.
Dia bisa membuat rancangan rumah dengan kisaran harga yang reasonable dan rancangannya juga cocok dengan keinginan kami.
Jadi, deal dong.
Lanjut cari kontrakan karena rencananya seluruh bangunan rumah lama akan dirobohkan. Lanjut pindahan dan setelah itu pembangunan mulai dilakukan.

Ah. Semoga lancar dan dimudahkan.
Aamiin.




BANGKITLAH, NAK (catatan hari anak 23 juli 2014)

$
0
0



Ada satu peristiwa yang amat kuingat ketika baru punya anak satu dan hidup jauh dari keluarga dan sanak saudara, jauh di kota Sydney Australia dulu, 19 tahun yang lalu. Yaitu ketika anak pertamaku terjatuh berdebam di atas aspal jalanan yang keras ketika dia sedang baru belajar berjalan.

Kejadiannya amat cepat. Secepat hembusan angin yang begitu saja menerbangkan daun yang sedang diam termangu di atas aspal. Spontan aku ingin berlari menangkapnya, memeluk dan menghibur anakku agar tidak menangis atas rasa sakit yang tiba-tiba datang menimpanya. Saat itulah seorang nenek2 tua memegang pergelangan tanganku. Bule asli Australia yang tetap memiliki semangat di wajahnya dan juga kebijakan.

"Mam... tenang. Beri kesempatan anakmu untuk bangun sendiri dari jatuhnya. Ini pelajaran pertama dalam hidup anakmu bahwa jatuh itu sakitnya tidak main-main."

"Tapi dia masuh begitu kecil. Kasihan. Bagaimana jika dia menangis? Bagaimana jika dia mendapat luka yang parah?"

"Lalu kenapa? Percaya padaku. Dia akan belajar dari jatuhnya itu. Tugasmu adalah mengawasinya dan memberi nasehat nanti agar dia tidak jatuh kedua kalinya."

Akhirnya aku menguatkan hati untuk sama sekali tidak memberikan pertolongan pada jatuhnya anakku tersebut meski dalam hati ingin menangis rasanya. Dan ajaib. Anakku yang sudah siap-siap menangis mengurungkan tangisannya. Di kiri kanannya tidak ada seorang pun yang bergerak ingin membantunya. Termasuk ibunya yang hanya bisa tersenyum memberi semangat. Anakku akhirnya bangkit sendiri.

Tidak menangis.

Tidak mengaduh. Dan ketika dia berjalan lagi menghampiriku dia menghindari lantai yang telah membuatnya terjatuh.

"Thank you Granny."

Nenek2 tua bule itu hanya tersenyum.

"Jangan lupa beri apresiasi positif untuk keberhasilan anakmu, nak. Tapi jangan berlebihan. Karena nanti anakmu jadi belajar bahwa kesalahan bisa membawa peruntungan."

"I will... " (insya Allah I will) Selamat hari anak 23 Juli 2014



JANGAN PANGGIL DIA BODOH (catatan hari anak 23 Juli 2014)

$
0
0
Apa yang membekas dalam benak semua orang tentang gambaran siapa dirinya? Salah satunya adalah julukan yang diberikan oleh orang tuanya kepada dirinya, baik yang terlontar tanpa sengaja, apalagi yang sengaja.

Mulutmu adalah harimaumu.

Ingatlah. Anak-anak itu adalah serupa dengan kertas putih yang bersih. Kitalah yang mewarnai mereka dengan perlakuan kita terhadap mereka. Sehingga jika suatu hari nanti ketika mereka sudah besar tiba-tiba mereka tidak sesuai harapan kita, mungkin sebaiknya kita merenung.... jangan-jangan kitalah yang sudah ikut andil menyebabkan mereka seperti itu.

naudzubillah min dzaliik.
Semoga kita semua selalu menjadi golongan orang tua yang tidak menjerumuskan anak-anak kita ke dalam kesesatan dan kesusahan.


PILIHAN ANAK VS PILIHAN ORTU (catatan hari anak 23 Juli 2014)

$
0
0
Ketika aku dikaruniai anak perempuan pertama kali, untuk urusan pasang anting2 itu ada diskusinya. Satu sisi ada saran bahwa tubuh anak adalah hak mutlak anak itu sendiri. Orang tua jangan mengotorinya meski dalam bentuk tindikan anting di telinga mereka.

Sisi lain ada pemikiran bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua pada anak2 mereka yang masih kecil itu sebenarnya adalah sebuah pondasi yang akan dibawa oleh anak tersebut. Bahkan meski itu berupa tindikan anting di telinga.

"Jika sudah besar, biarlah dia yang memutuskan apakah akan ditindik atau tidak."

"Tidak. Justru ketika kecil kita tindik agar ketika mereka dewasa mereka tidak lagi merasakan sakitnya ditindik. Jika mereka memilih untuk memakai anting mereka tinggal pakai, sudah ada lubangnya. Tapi jika mereka tidak ingin tinggal dibiarkan saja lubang itu. Nanti juga akan merapat perlahan."

Hari ini, tepat di hari anak 23 Juli (2014), anting yang dikenakan Hawna sejak bayi merah lepas karena perkembangan telinganya yang ukurannya sudah jauh berbeda dengan ukuran telinga bayi dulu. Pilihan itu pun ditanyakan padanya.

"Mau dilepas dan gak usah pakai lagi atau mau dilepas lalu cari yang baru yang muat?" Hawna berpikir. Dan aku tidak pernah memaksaknya pada sebuah kecenderungan pilihan. Karena aku tahu, pada titik ini anakku adalah manusia yang merdeka yang punya pilihan sendiri. Aku percaya. Pondasi yang telah kutanam dahulu akan berkontribusi pada apapun pilihan yang dia ambil. Anak. Mereka anak kita tapi bukan milik kita. Mereka hanya amanah yang dititipkan pada kita di dunia ini.

Selamat hari anak 23 Juli.

PERBERAT HUKUMAN PEMERKOSA ANAK! (catatan hari anak 23 Juli 2014)

$
0
0
Sore ini di sebuah running text yang muncul di stasiun tvone, aku melihat sebuah berita bahwa ternyata Pemerkosan bayi usia 9 bulan, dijatuhi hukuman 5 tahun penjara. Jauh lebih sedikit dari ancaman hukuman sebelumnya yaitu 15 tahun penjara. Menurutku, ini sungguh sebuah ketidak adilan.

Innalillahi wa innailaihi rajiun.

Begini kronologinya. Ibu dari bayi 9 bulan tersebut, bekerja sebagai seorang buruh cuci. Bayinya yang berusia 9 bulian dia titipkan pada adiknya yang merupakan paman dari bayinya tersebut. Tapi, dengan tega si paman malah memperkosa bayi tersebut berkali-kali hingga akhirnya di akhir tahun 2013, bayi tersebutpun meninggal dunia dengan kondisi yang amat mengenaskan.

Semua Pedofilia, sungguh adalah binatang yang terperangkap dalam tubuh manusia. Iblis jahat dalam wujud manusia. Seharusnyalah mereka diberi hukuman yang seberat-beratnya.

Karena tubuh mungil anak tidak akan pernah berdaya ketika harus berhadapan dengan tubuh orang dewasa yang berlipat kali lebih besar dari tubuh mereka. Dan anak-anak itu jiwanya suci dan murni. Sebuah perlakuan menyimpang yang mereka terima berkali-kali, bisa jadi akan memberi imbas pada cara mereka memandang sebuah ketidak normalan. Yaitu, bisa jadi ketikda normalan kondisi tersebut malah dianggap sebagai sebuah kelaziman. Dan perubahan cara memandang yang meluas bisa jadi akan menimbulkan sebuah perubahan dalam tatanan sosial dan budaya dalam masyarakat kita.

Itu sebabnya: PERBERAT HUKUMAN PEMERKOSA ANAK!

gambar diambil dari sini.. beritanya juga ada disini

Liburanku: Mau Kemana di Cuti Hari Raya?

$
0
0
Hai..hai... sudah lama tidak ngeblog. Tepatnya... sejak pekan balik kampung dimulai menjelang hari Raya Idul Fitri kemarin.
Kalian semua pada kembali ke kampung halamankah? Seru dong ya.
Hmm.... aku, karena lahir dan besar lalu berkeluarga dan menetap di Jakarta, maka bisa dibilang tidak punya kampung halaman. Karena, kampung halamanku ya kota Jakarta ini.

Itu sebabnya setiap kali liburan alias cuti bersama dalam rangka hari raya Idul Fitri, aku sekeluarga cuma bisa tersenyum saja melihat kesibukan teman-teman yang bersiap-siap akan berangkat Balik Kampung alias mudik. Sejak orang tuaku meninggal, praktis bisa dikatakan kebiasaan untuk mengunjungi sanak saudara di hari raya pun berakhir.

Di tahun pertama ayah meninggal dunia, yaitu tahun 2010, aku dan saudara-saudaraku masih berupaya meneruskan tradisi berkumpul bersama keluarga besar di hari pertama sesaat setelah Shalat Idul Fitri dan ziarah ke makam orang tuaku selesai dilakukan. Saling bersalaman, maaf memaafkan, lalu makan ketupat dan opor-rendang-sambal goreng hati dan kuih muih khas hari raya.

Tapi ketika jarum jam semakin mendekati pukul 11 siang, kakak dan adikku mulai gelisah. Mereka masih lengkap mertuanya jadi mereka juga ingin berkunjung ke rumah mertua masing-masing. Jadi, terpaksa sebelum pukul 11 siang, kami sudah harus berpencar. Yang masih punya mertua segera beterbanngan ke rumah mertuanya masing-masing.

Dan aku?
Nah... itu dia.
Aku sudah tidak punya mertua lagi. Suamiku sudah yatim piatu bahkan sejak beliau masih kecil (ibunya meninggal dunia ketika suamiku berusia 1,5 tahun, sedangkan ayahnya meninggal dunia ketika suamiku duduk di tahun pertama perkuliahan). Suamiku diasuh oleh kakak-kakaknya sejak kecil dan ketika dia sudah berkeluarga, kakak-kakaknya sudah sepakat untuk mengadakan halal bihalal keluarga besar di hari kedua lebaran. Jadi... hari pertama memang diperuntukkan untuk mengunjungi keluarga atau mertua yang masih lengkap.

Jadi aku sendiri?
hehehe... tidak ada siapa-siapa lagi yang harus dikunjungi. Pun tidak punya siapapun untuk dikunjungi. Tetanggaku juga banyak yang balik kampung.

Akhirnya.... tahun pertama setelah kematian ayah, pukul dua belas siang aku sudah jalan-jalan di Mall.

Tahun kedua setelah ayah meninggal, kakak semakin "rempong" ingin berangkat ke rumah mertuanya karena merasa tahun sebelumnya dia termasuk keluarga yang paling telat datang di rumah mertuanya. Begitu juga adikku yang punya mertua. Akibatnya, pukul 10 siang, kami sudah diminta untuk meninggalkan rumah kakak karena kakak ingin pergi ke rumah mertuanya dan kami pun kembali pulang ke rumah.

Bengong.

Dan.... "ayo kita jalan-jalan ke Mall."

hahahhaha.... nggak enak banget deh lebaran jalan ke Mall itu. Bukan apa-apa. Tapi, Mall-nya sih katanya buka jam 12 siang, tapi, kadang suka mulur pintunya dibuka. Jadi, aku sekeluarga seringnya sih duduk-duduk dulu di depan bangku tunggu yang ada di Mall.
(sebenarnya selain Mall ada juga tempat hiburan lain yang bisa dikunjungi seperti Taman Mini Indonesia Indah, Ragunan atau Ancol. Tapi, muacettttt-nya puaruaaahhh. Malesi banget.

Kenapa gak jalan-jalan ke tempat lain?
Jawab: Emang ada yang buka lebaran-lebaran ini? Sudah taksinya luamua buanget nunggu ya, berebut pula, dan di tempat-tempat makan pinggir jalan itu, yang rasanya ayep dan gak enak itu, harganya dipasang tinggi-tinggi sekali. Ugh. Bikin sebal.

Kenapa gak di rumah aja nonton tivi?
Hellloooowww.... malas ah. Bikin sedih ajah deh lebaran cuma di rumah aja dan nonton acara-acara siaran ulangan.

Akhirnya, tahun ketiga setelah ayah meninggal dunia, yaitu sejak tahun 2011... suamiku mulai berinisiatif yang berbeda.

"Ayo, kita liburan ke luar negeri saja yuk cuti lebaran ini?"

Wah. Ide yang manis.

Mengapa memilih ke luar negeri?

1. Ternyata eh ternyata, setelah dipersandingkan dengan tiket tujuan kota-kota yang ada di seluruh Indonesia, tiket ke luar negeri itu lebih murah sodara-sodara. Tiket tujuan kota-kota yang ada di Indonesia menjelang hari raya naiknya seperti roket. Berlipat-lipat ganda dan ehem... berebutan untuk mendapatkannya.
Jadi... mending beli tiket ke luar negeri.

2. Ternyata lagi nih. Di luar negeri, meski hari raya sedang berlangsung, harga-harga makanan, oleh-oleh, penginapan dan alat transportasi tidak mengalami perubahan. Jadi, yang namanya Curry Puff (ini sebutan untuk pastel di negara Malaysia) tetap saja 1 ringgit; tidak berubah jadi 2 ringgit meski sedang hari raya.

3. Karena suasananya suasana liburan, maka tentu saja kegembiraannya bisa didapat. Berbeda dengan suasana lebaran tapi tidak bisa merayakan lebaran di negeri sendiri seperti yang aku alami setelah dua tahun kematian ayahku.
Sedih.
Sepi.
Kangen.
Tapi tidak ada yang bisa ditemui dan disapa karena masing-masing sibuk dengan keluarga masing-masing (resiko sudah berkeluarga semua ya sodara-sodara).

Dan trata taraaaaa....
di tahun ketiga setelah ayah meninggal dunia, yaitu tahun 2011, aku mulai menjalankan sebuah tradisi baru: berlibur. Kami memulainya ke Malaysia.
di tahun 2012, ke Singapura.
tahun 2013, ke Malaysia lagi.
Dan tahun ini, alhamdulillah ke Sydney, Australia.

Nah... tulisanku berikutnya adalah oleh-olehku selama liburan terakhirku ini.


Ini foto dari celengan keramik kakek-nenek yang sedang duduk bahagia di atas kursi goyang. Celengan ini adalah hadiahku untuk suamiku menjelang kami ingin menikah dulu.



Liburanku: Mudik ke Sydney

$
0
0
Pada tulisan sebelumnya, aku menulis tentang berlibur di hari raya (bisa baca tulisannya di sini: Liburanku: Mau Kemana di Cuti Hari Raya?). Di tahun 2014 ini liburan hari raya plus liburanku terasa istimewa karena satu hal: ini sekaligus perjalanan napak tilas kembali ke tempat dimana aku pernah menghabiskan waktu beberapa saat disana: Sydney.

Lima bulan setelah menikah, suamiku berangkat ke Sydney dalam rangka meneruskan study Pasca Sarjananya. Dia berangkat sendiria karena aku sedang hamil waktu itu. Ada peraturan untuk mahasiswa penerima beasiswa bahwa jika mereka belum mencapai satu tahun berada di Sydney maka biaya melahirkan ditanggung sendiri. Wah. Biaya melahirkan di negeri sendiri saja mahal apalagi di negeri orang. Itulah sebabnya suamiku berangkat sendiri dan aku menyusul setelah melahirkan rencananya.

Tepat setelah bayiku berusia 3 bulan 2 minggu (karena perjalanan ke Sydney memakan waktu 7 jam di atas pesawat maka dokter memberi saran untuk membawa bayi jika sudah berusia 3 bulan lebih; dimana bayi sudah bisa berespon jika ada sesuatu yang tidak enak dengan badannya. Kalau masih bayi banget dan belum bisa apa-apa selain tidur-mimi asi-pup; jika terjadi sesuatu bayi cuma berespon diam terus tiba-tiba panas tinggi saja badannya. Repot kan? Nah.. jika sudah berusia di atas 3 bulan, jika terjadi sesuatu yang tidak pas dengan tubuhnya, bayi bisa menangis keras-keras sebagai penanda waspada) aku pun berangkat.

Aku berangkat bersama ibuku waktu itu. Dan asal tahu saja ya, waktu itu kebetulan ada seorang saudaraku yang bekerja di bagian cek in penumpang. Jadi... hehehehe... bawaanku yang sudah pasti over weight sama dia dilolosin semua. Dulu aku bawa box bayi dari plastik segala loh. Dan semua perlengkapan perang mengasuh bayi pertama dan semua lolos di kabin. Senangnya alhamdulillah.

Nah.. sekarang tentu saja keadaan berbeda. Ibuku sudah meninggal dunia dan saudaraku itu, lebih tepatnya saudara ipar, sudah bercerai dengan saudaraku jadi.... tidak bisa lagi nepotisme-nepotisme-an. Berarti.... semua bawaan harus benar-benar diperhitungkan masak-masak dong. Jangan sampai kelebihan berat di bagasi nanti. Malaysia Airlines, maskapai yang kami pilih untuk ke Sydney, membatasi batas maksimal hanya 30 kg untuk masing-masing orang.

Meski demikian tetap saja aku membawa 5 buah koper, dimana 3 adalah koper besar yang muat jika dimasukkan anak kuda di dalamnya dalam keadaan akrobat melihat ke empat kakinya dan menekuk kepalanya... serta 2 buah koper ukuran kabin. Serta 2 buah tas kain ukuran sedang yang bisa dilipat.
Waaa? Banyak sekali bawaannya?
Yup.
Karena memang sudah niat untuk membeli oleh-oleh dan buku-buku.

Suamiku adalah dosen. Jika ada kesempatan berkunjung ke luar negeri maka benda yang pasti dicarinya itu adalah: buku-buku literatur terkini yang bisa menunjang bahan pengajaran dia nanti. Buku-buku yang beredar di Indonesia sering tertinggal dari segi konten dan kekinian masalah yang disajikan. Jika pun ada maka bisa dipastikan dijual dengan harga yang amat mahal. Jadi, bisa membeli buku di luar negeri itu sesuatu yang luar biasa buat suamiku. Itu sebabnya koperku banyak.

Dua koper ukuran kabin, dimasukkan dalam dua koper ukuran bagasi tadi. Anak kudanya disuruh keluar dulu ya. hehehhe.
Lalu, dua buah tas kain yang bisa dilipat, dimasukkan dalam tas kabin.
Lalu.... bagaimana dengan baju-baju kami? Ya tentu saja diselipkan di tengah-tengah benda-benda tersebut.

Pada penasaran kan, apakah nanti pas pulang tidak semakin berjubel jumlah bawaan kami tersebut? Karena yang namanya buku-buku itu beratnya gak cuma sekilo dua kilo pasti tapi pasti berkilo-kilo.

Nah... ini strategi berikutnya.

BAWALAH:
1. Sendal jepit yang sudah jelek untuk sendal jepit jika mau ke kamar mandi. 
2. Baju-baju jelek untuk tidur malam.
3. Sendal-sendal rumah yang sudah butut atau dikit lagi mau rusak untuk berjalan di dalam ruangan.
4. Jangan bawa odol yang masih utuh tapi bawa yang sudah mau habis saja.
5. Jangan bawa shampo yang masih utuh tapi bawa yang sudah mau habis saja.
6. Jangan lupa bawa lakban, gunting, jarum dan benang ya.

Buat apa sih mereka semua? Buat:
1. Ketika pulang nanti, semua yang jelek-jelek dan butut-butut bisa kita buang di negeri orang sana. Gak usah dibawa lagi ke Indonesia. Eh.. eh... jangan marah, yang dimaksud jelek-jelek itu bukan kamu kok... iya.. bukan kamuuuu.
2. Semua yang sudah mau habis itu tinggal dibuang juga di negeri orang.
3. Karena bisa dipastikan koper akan menggelembung penuh oleh barang yang berat (buku gitu loh) nah, lakban itu berguna untuk melilit koper agar tidak terbuka begitu saja alias jebol. Eh, pake tali tambang jemuran yang dari plastik juga sebenarnya lebih enak sih. Dan percaya padaku, mending beli di Indonesia saja barang-barang seperti ini. Lebih murah.
4. Benang dan jarum buat apa? Nah... karena semua koper sudah berisi benda-benda kelas berat (termasuk oleh-oleh yang gampang patah atau dikhawatirkan rusak), maka baju-baju mending taruh di tas kain yang bisa dilipat. Berat tas kain ini kan enteng tuh, besarnya juga bisa dimasukkan ke kabin. Kan setelah dikurangi dengan yang dibuang-buang tadi, maka yang tersisa sedikit barang yang dibawa kembali ke Indonesianya. Iya gak? Gak ada lagi sendal buat ke kamar mandi atau buat jalan2 antar ruangan; gak ada lagi toiletris, gak ada lagi baju tidur dan handuk (oh ya.. hahahha.. handuk pun bawa saja yang dah jelek atau yang kalian sudah bosan melihatnya... jadi ada alasan buat beli handuk baru jika sudah ada rejeki nanti).

Okeh. Sekarang mari kita kembali membicarakan kota Sydney.
Aku menghabiskan waktu selama dikit lagi 5 tahun di kota ini. Yaitu sejak tahun 1994 s.d 1999 akhir.
Ada banyak banget kenangan di kota ini. Ini adalah kota dimana aku menghabiskan masa-masa pacaran halalku dengan suami tidak lama setelah kami punya anak. hehehe... ya iya lah. Baru nikah 4 bulan terus ditinggal pergi itu rasanya tuh.... huff... nyess banget deh. Karena, dua bulan pertama nikah, kan masih sama-sama belum mengerti apa-apa yang tiba-tiba.... hamil aja... hahahha... dua bulan terakhir dah siap-siap mau ditinggal. Ugh.... ampyun deh. Kalau difilmin pasti judulnya "air mata pengantin baru" atau..."cengeng-cengeng penganti baru" (kenapa mirip judul sinetron ganteng-ganteng srigala?).

Di kota ini juga, aku yang selama sebelum menikah hidup selalu dilayani oleh pembantu rumah tangga, tiba-tiba harus mengerjakan segala sesuatunya seorang diri. Mana punya anak, mana gak ada saudara, mana gak ada tetangga yang bisa dititipi atau direpotkan, mana gak bisa masak, mau nelpon ke Indonesia mahal,  mana gak bisa bahasa inggris lagi. hahahahha... yang terakhir ini yang ngenes sodara-sodara.

Tahun pertama dan tahun kedua, aku tinggal di sebuah rumah sederhana. Bayar sewanya murah karena ini rumah tua. Cuma satu kamar dengan ruang keluarga yang besar. Begitu masuk langsung ketemu dapur. Sebenarnya, ini bagian dari rumah seseorang, yang lalu dibaginya. Sepertiga rumah inilah yang lalu disewakan. Aku membesarkan putra sulungku di rumah ini.

ini dia rumahnya yang mungil di tengah itu: 599 anzac parade, maroubra

tempat sampah yang bergelimpangan di pinggir jalan itu karena sepertinya foto ini diambil oleh google ketika hari pengambilan sampah. Jadi, tiap-tiap rumah mendapat tempat sampah dari pemerintah dan setiap seminggu sekali isi tempat sampah itu akan diambil oleh sebuah truk pengangkut sampah. Nah, buat yang sampahnya banyak banget, silahkan beli tempat sampah tambahan sendiri deh tapi yang bentuknya kayak gitu. karena memang truk sampahnya otomatis jadi ujung tempat sampah bisa pas di tangan pengapit truk sampahnya


Dan ini adalah suasana jalan Anzac Parade yang ada di depan rumahku. Lebar, lega, tidak terlalu ramai meski dilalui oleh bis-bis besar. Orang-orang sini lebih suka jalan kaki dan menggunakan bis daripada menggunakan mobil pribadi. Itu sebabnya jalanan jarang yang macet.

Lalu, rumah yang aku tempati di tahun ke tiga dan seterusnya hingga aku kembali ke Indonesia adalah sebuah apartemen.
Kenapa tinggal di apartemen? Karena.... pingin nyobain aja kayak apa sih tinggal di apartemen itu. hehehehe. Jadi sengaja banget emang sejak awal tidak mencari rumah lagi ketika sewa rumah pertama selesai karena kami memang ingin merasakan tinggal di apartemen.

Oh ya... tadi kan aku bilang ya, gak enaknya tinggal di Sydney itu salah satunya karena tidak punya tetangga yang bisa dimintai tolong. Nah... sebenarnya, ini karena suamiku saja yang iseng memilih lingkungan yang seperti ini.

"Sebenarnya ada De, lingkungan dimana orang-orang Indonesia banyak berkumpul. Yaitu di daerah Rainbow street dan sekitar Kensington sana. Tapi.... kamu gak berminat untuk memacu diri agar bisa belajar bahasa inggris, cinta?" (note: kata cinta- disini adalah tambahan dariku... hehehehe.. boleh dong berimprovisasi sedikit dalam bercerita?)

"Kalau kita mau, kita bisa tinggal di lingkungan Rainbow Street loh De. Tapi... aku lebih suka kamu berkembang menyesuaikan diri dengan lingkungan baru daripada merasa aman di lingkungan yang bikin kemampuan kamu malah gak berkembang."

Yup. Itulah salah dua jawaban-jawaban suamiku ketika aku mengeluh betapa "sepi ya?"... "capek deh".. "duh repot".. "huhuhu aku kesepian"... pada suamiku. Dan itulah sebabnya lingkungan pilihan suamiku adalah lingkungan dimana orang-orang bule berjaya tinggal disana. Orang Asia-nya sedikit banget. sekalinya ada pasti yang sudah tidak ada jejak Asia-nya sama sekali. Sebagian lagi kebanyakan dari bangsa Fiji, Spanish, Italia dan negara-negara lain yang bahasanya aku gak ngerti jadi "kami berbahasa satu: bahasa inggris."

Nah... ini nih rumah keduaku dulu...

Ini apartemen kami. Kami tinggal di lantai paling atas, lantai 4. Ada sebuah jendela besar di kamar tidur kami yang menghadap ke langit luas sehingga setiap malam aku bisa memandang bintang dan bulan atau hamparan langit malam.

Sedangkan ini adalah jalanan yang harus aku lalui jika ingin pergi kemana saja. Sepiii banget jalanannya. Sekalinya ramai paling jika keluarga Italia yang tinggal di garasi warna putih itu sedang sahut-sahutan dengan sesama anggota keluarga mereka dengan bahasa Italia. Yang aku mengerti dari bahasa mereka cuma satu kata: Darling. hahahaha



Setibanya di Sydney kemarin, ini percakapanku dengan anak-anakku.

"Oh.. berarti ibu di Sydney belajar bahasa Inggris dong dulu pas baru punya aku?" (anak sulungku nih yang ngomong)
"Iya... kan ada program untuk pasangan student yang tidak bisa berbahasa inggris."
"Lama bu?"
"Lumayan. Kalau lagi kursus, kamu ibu bawa ke tempat kursus terus ibu taruh aja di lantainya. Kan lantainya berkarpet tuh kelasnya. Kasih mainan, kamu anteng main sendiri di kaki ibu." (anak sulungku tersenyum)
"Terus... sekarang.. masih ingat bu semua bahasa inggris yang pernah ibu pelajari dulu?"
"Hehehehe... nggak. Cuma inget I love YOu aja."
"Dasar.... aku dah nebak sih."
"Ehhh... jangan salah, ibu setelah melahirkan Arna juga ikut kursus lagi. Yaitu kursus untuk para migran yang tidak bisa berbahasa Inggris yang diselenggarakan oleh Pemerintah." (suamiku menambahkan keterangan yang berakibat fatal... yaitu:...)
"Okeh. Berarti ibu dua kali kan ikut kursus bahasa Inggris. Sekarang ibu bisa gak bahasa inggris?"
"heheheh.... ibu orangnya istiqamah nak. Sekali tidak bisa, tetap tidak bisa." (sambil mesem-mesem membela diri)
"Ngaco. Itu bukan istiqamah namanya... bilang gak bisa aja pake ngeles..." (hahahahahha... jawaban anak sulungku emang suka ngeselin emang. Enaknya dijitak sih.. sayang anak sendiri; kalau nangis kita juga yang repot kan? Kalau anak orang kan bisa ditinggal lari setelah dijitak... hahahahaha).

Eh.. bersambung lagi ya ceritanya. Mau jemput anak bungsuku pulang sekolah dulu deh.



Liburanku: Bandara Kingsford Smith

$
0
0
Berbeda dengan bumi sebelah utara yang sedang merasakan musim panas alias Summer, maka negara tempatku menghabiskan liburan kali ini sedang mengalami musim dingin. Artinya, salah satu hal yang harus dipersiapkan dalam keberangkatan kali ini adalah baju-baju hangat.

Kebetulan, aku termasuk seorang yang punya riwayat alergi dengan dingin.
Dulu, selama 4 tahun lebih tinggal di Sydney, setiap winter datang, jika keluar dari rumah aku pasti mengenakan thermal pant dan juga thermal shirt. Yaitu, baju dalaman yang terbuat dari wool tipis dan halus. Meski helai bahannya terlihat amat tipis (layaknya sebuah stocking atau baju singlet atau celana legging tipis transparant) tapi karena terbuat dari pure wool maka dia bisa memberi kehangatan yang amat pas. Itu sebabnya kita tidak perlu lagi mengenakan pakaian berlapis-lapis guna mengusir rasa dingin yang menusuk.
50
Khusus untukku, dulu sih karena tinggal di Sydney bukan sebagai turis jadi kan tetap tuh harus melakukan pekerjaan rumah tangga yang berhubungan dengan air dan basah-basahan, maka bisa dipastikan ujung jari-jari kesepuluh jemariku akan membengkak, terkelupas lalu mengeluarkan darah. Aku alergi dingin derajat 3 memang kata hasil uji test alergi yang pernah aku lakukan dulu. Jadi, jika terkena hawa dingin dalam kurun waktu yang lama pasti deh kulitku akan merah-merah, lalu jika tidak segera ditangani akan bengkak dan tidak lama kemudian permukaan kulitnya akan merekah lalu pecah dan akhirnya berdarah. Itu sebabnya dahulu, aku selalu membalut kesepuluh jemari tanganku dengan plester yang diganti setiap hari selama musim dingin berjalan.

Nah... syukurlah ketika liburan kemarin, cuacanya cerah sekali. Suhu ketika kami datang hanya 23 derajat celcius. Alhamdulillah. Matahari bersinar terik tapi sepoi-sepoi angin terasa dingin.

Oh ya.... karena perhitungan Kurs Dollar Australia beberapa tahun belakangan ini mengalami peningkatan terus hingga bisa menyamai Dollar Amerika (bahkan kadang lebih bagus daripada Dollar Amerika) maka kami amat hati-hati dalam membelanjakan uang untuk keperluan membeli barang-barang keperluan musim dingin.

Patokannya adalah:
A$ 1 = Rp11.000
A$100 = Rp1.100.000

Jadi, kalau ada baju musim dingin yang dijual di Mall-Mall Jakarta yang harganya sampai jutaan alias di atas Rp1.100.000... itu berarti mahal. Karena, disana (Sydney) kita masih bisa nyari baju musim dingin dengan harga A$50 (tentu saja bukan nyari di butik bermerek ya... hehehehe).

Itu sebabnya sebelum berangkat, aku sudah melihat-lihat tempat-tempat yang menjual perlengkapan musim dingin yang lagi mengadakan diskon atau di warehouse-warehouse sekitar Jakarta. Alhamdulillahnya ketemu sih. Sudah harganya murah, dibayarnya dengan menggunakan Voucher MAP lagi. Yaitu ketika aku memenangkan voucher MAP di lomba museum nasional. Alhamdulillah, berkah ngeblog.

Setelah meletakkan koper-koper, cepat-cepat kami bersiap-siap untuk jalan-jalan.
Yup.
Waktu terus berjalan; kalau mau tidur dan santai ya gak usah liburan. Di rumah aja.
Itu prinsipku dan anak-anak. Makanya jangan heran jika di dalam bis atau kereta api aku dan anak-anak sering tertidur. hehhee.... itu strategi untuk mengumpulkan tenaga soalnya agar bisa puassss jalan-jalannya.

Oh ya. Mungkin ada yang mau tahu, habis banyak gak sih aku liburan ke Sydney ini? Nah.... total harganya sih relatif ya. Tapi, jika dibandingkann dengan jika kalian ikut paket-paket tour maka biaya yang kami keluarkan itu jauh lebih murah.

Keuntungan ikut Paket Tour:
1. Bisa mendatangi banyak tempat.
2. Bisa dikerjakan dalam waktu yang singkat.

Kerugian ikut Paket Tour:
1. Emang sih bisa datang ke banyak tempat tapi itu semua dilakukan dengan waktu yang sebentar-sebentar banget.
2. Semua Paket Tour itu mengejar target lokasi yang harus dicapai, Akibatnya, semua dikerjakan buru-buru.
Contoh:
"Ya. Kita akan mampir di Mc'Donald untuk makan siang. Kalian semua hanya diberikan waktu 30 menit untuk pergi ke Toilet yang ada di dalam gerai Mc'Donald, antri memesan makanan dan menghabiskan makanan kalian."

Jadi... jangan harap bisa ngobrol dan bercanda sambil makan.

Karena itulah aku sekeluarga tidak ikut Paket Tour dalam liburan kali ini.
Susah  gak tuh gak pake Paket Tour secara itu di negara orang?
Gampang. Karena, yang kita datangi itu adalah negara yang tidak bisa dibilang negara terbelakang. Jadi, yang namanya GPS, Google MAP, rute dan jadwal keberangkatan bis dan kereta api, transaksi online, tiket online bisa dipelajari dan dilakukan sejak kalian belum berangkat ke negara tersebut.

Suamiku sudah memesan hotel, dan tiket untuk pergi ke tempat-tempat yang ingin dituju sejak dari Jakarta. Suamiku juga sudah mendownload MAP jalan-jalan di Sydney dan tempat-tempat yang akan dikunjunginya. How to get there and how to be there sudah dipersiapkan dengan matang. Itu sebabnya sebelum berangkat suamiku sudah menyebarkan Itilineary pada semua anak-anaknya di group whats app keluarga yang kami miliki. Sekaligus meminta agar semua anggota keluarga mendownload aplikasi LINE selain WHATS APP karena ternyata di Sydney banyak pihak-pihak yang ingin dihubungi menggunakan aplikasi LINE.

Jadi... bisa dikatakan pemanasan membicarakan bagaimana kota Sydney, apa yang ada di sana dan apa yang rencananya akan kami kerjakan disana sudah berlangsung jauh sebelum keberangkatan kami untuk berlibur (semakin dibicarakan otomatis jadi semakin giat menabungnya karena terkompori oleh rasa penasaran).

Tapi, meski sudah lihat video tentang Sydney dan suasana yang ada di sana, lihat foto-fotonya yang tersebar di internet... begitu tiba di sana.... waaaah. Beda dengan yang ada di foto. Suasana melihat langsung itu jauh lebih menyenangkan.

Begitu kita keluar dari bagian imigrasi, maka siap-siap bertemu dengan anjing pelacak yang akan mengendus-endus koper dan tas kita. Jika kalian takut dengan anjing, katakan pada petugasnya ya. Karena anjing akan semakin curiga jika kita gelisah atau ketakutan hingga menjerit-jerit.
"Ada apa nih orang lebay banget? Jangan-jangan bawa sesuatu yang berbahaya?"
Begitu kurang lebih dalam hati si anjing. hehehhe

Australia memang menerapkan peraturan yang amat ketat untuk para turis dan pendatang yang mendatangi negara mereka. Sistem kesehatan yang berkembang dengan amat baik di Australia menyebabkan negara sudah menyatakan diri bebas dari beberapa jenis penyakit. Nah, untuk mempertahankan prestasi ini, maka mereka pun menerapkan aturan yang ketat apa saja yang boleh masuk ke negara mereka.

Obat-obatan terlarang itu sudah jelas deh. Hal-hal lain yang harus melalui karantina itu adalah:
semua benda yang dibuat dari kulit hewan (termasuk dompet kulit, tas kulit atau benda kerajinan dari kulit); juga semua benda yang terbuat dari pepohonan (termasuk taplak meja akar wangi, rempah-rempat yang merupakan ingredient obat herbal, tanaman hias, hiasan rumah dan perhiasan yang kita kenakan seperti gelang bahar misalnya). Nah... jika ada benda-benda itu dalam barang bawaan kalian, maka benda-benda ini sebaiknya dideclare-kan di imigrasi. Jika mereka curiga benda-benda itu tidak hiegienis maka akan masuk karantina dulu selama satu bulan.

Oh ya, Australia tidak  menyukai semua jenis masakan yang tidak dikemas dengan rapat dan bersegel rapi untuk masuk ke negaranya. Dulu, temanku ada yang membawa donat dari J.Co. Jadi, ceritanya dari Jakarta dia kan berangkat malam. Lapar dong jadi belilah dia donat J.Co di bandara Soekarno Hatta. Tapi, karna ternyata di atas pesawat diberi makanan dua kali (karena perjalanan memakan waktu 7 jam) maka donat yang dikantunginya di dalam tas tidak termakan.
Begitu dia sampai di imigrasi dan bau donat itu terendus oleh anjing pelacak, maka donat J.Co itu dibuang oleh petugas imigrasi dan.... teman saya itu didenda A$100.... lumayan banget kan tuh. Sudah gak bisa dimakan makanannya, didenda pula dengan denda yang mahal.
Jadi.... habiskan makanan kalian di pesawat atau tinggalkan di pesawat atau buang ke tempat sampah segera setelah kalian keluar dari pesawat terbang.

 Tapi , kalau makanan dalam kemasan yang rapi dan bersegel boleh kok masuk. Seperti indomie, terasi ABC (yang sudah dibungkus rapat dalam sachet, bukan yang dalam kemasan daun dan berbau), bumbu instan indofood, susu formula untuk bayi, itu boleh kok dibawa masuk asal jangan lupa: DECLARE MEREKA.


Nah.... setelah keluar dari  bandara Kingford Smith maka kita akan mulai merasakan hawa udaranya kota Sydney yang sesungguhnya. Horeeeee.

Ini dia suasana di luar bandara KIngford Smith. Rapi, teratur dan budaya antrinya bekerja dengan amat sangat baik. Enak sekali menunggu atau mencari taksi begitu kita keluar dari bandara ini.

Ini foto yang aku ambil dari dalam taksi. Taksi disini jalannya santai dan tidak slanang slonong seperti yang pernah aku rasakan di Indonesia-Singapura atau Malaysia. Dan peraturan memakai SEAT BELT itu sudah menjadi kewajiban yang bersifat Fardhu Ain alias harus dikerjakan. Dendanya lumayan tinggi jika tidak mengenakan sabuk pengaman.

Next: bersambung ya oleh-oleh cerita liburanku. Jangan bosan.





Liburanku: Kesempatan Kedua

$
0
0
Dimana-mana yang namanya kesempatan kedua itu seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pada cerita sebelumnya, aku menulis bahwa dalam koper-koper yang aku bawa untuk berlibur ke Sydney itu, terselip pakaian-pakaian yang jelek-jelek, handuk yang sudah lusuh, sendal yang sudah tipis, dan sebagainya yang sedianya memang ingin aku buang untuk diganti dengan yang baru. Semua benda ini masuk dalam tong sampah. Tapi, bukan berarti semua benda jelek dan buruk itu saja isi koperku yang akan aku tinggalkan disana. Ada juga pakaian yang mulai kekecilan, atau kependekan, atau modelnya tidak lagi aku sukai (*susahnya punya tubuh besar tinggi seperti aku itu baju bekasnya jarang ada yang mauuuu... hahaha.. karena ongkos permak baju di penjahit ternyata harganya sama saja dengan harga membeli baju baru. Indonesia memang  agak keteteran dalam menghadapi serbuan pasar Global jadi barang-barang produk China dan Thailand masuk dengan deras ke Indonesia. Termasuk baju-baju mereka. Nah, produsen pakaian di Indonesia tidak bisa mengimbangi serbuan barang-barang dari dua negara ini karena memang harganya agak sedikit tidak masuk akal saking murahnya. Itu sebabnya orang lebih senang membeli pakaian jadi yang lebih murah daripada harus menjahit pakaian). Nah.... semua pakaian yang tidak lagi bisa digunakan atau tidak mau lagi aku gunakan ini aku bawa ke Sydney dengan satu tujuan: untuk ditinggalkan disana.

Sydney, wilayah daerahnya terbagi dalam distrik-distrik (semacam kecamatan mungkin ya?). Setiap distrik memiliki kebijakan tersendiri dalam menangani barang-barang recycle dan rubbish yang dihasilkan oleh penduduknya. Perlu diingat, ternyata ada banyak orang-orang yang mengalami masalah seperti aku: bingung kemana harus menyalurkan barang bekas yang masih layak pakai mereka. Bukan apa-apa, karena memberi barang bekas pada orang lain itu termasuk hal yang amat sensitif.

Dulu, beberapa tahun yang lalu, aku sering mengumpulkan barang-barang bekas di rumahku yang masih layak pakai untuk aku kirim ke para tetangga sekitar. Awalnya, mereka berebutan memilih-milih barang-barang yang mereka inginkan tersebut. Tapi belakangan, karena jumlah pemilih makin banyak padahal di rumah aku tidak punya pembantu dan lebih sering bersama anak-anak saja yang masih kecil, aku jadi takut sendiri. Aku takut ada yang kalap di dalam pekarangan rumahku dan aku tidak bisa menanganinya. Akhirnya, barang-barang yang akan aku hibahkan tersebut aku kumpulkan lalu aku kirim ke satu orang saja mewakili mereka dan meminta orang-orang yang akan mengambilnya datang ke rumah orang tersebut. Untuk beberapa saat cara ini lumayan sukses. Hingga suatu hari, seorang dari para pemilih tersebut marah-marah dan berteriak "Ahh... barang-barang bekas gak berguna gini. Ini mah namanya numpang buang sampah saja."

Jujur saja, aku sedikit tersinggung waktu itu. Tapi... lalu berusaha untuk merenung.
"Jangan-jangan, aku sudah menganggap remeh tetanggaku dalam hal ini? Jangan-jangan, semua barang bekas itu memang kumpulan barang tidak berguna bagi mereka?"

Akhirnya, aku merubah strateginya. Karena, kegiatan mengumpulkan barang bekas di rumahku memang secara berkala sering aku lakukan. Anak-anak tumbuh kembang dengan cepat dan itu membuat banyajk sepatu dan pakaian mereka yang baru sekejap dipakai sudah tidak muat. Ada buku-buku pelajaran yang sudah tidak lagi digunakan karena sudah berganti kelas. Juga ada benda-benda rumah tangga yang jarang aku pakai karena sudah berganti model. Jika semua itu dipertahankan, rumahku yang mungil bisa penuh dan sesak. Jadi, perubahan strategi menyalurkan benda-benda tak terpakai itu adalah dengan cara mengirimnya ke lembaga sosial yang menerima barang bekas. Dulu, sempat menyalurkannya ke sebuah yayasan, tapi belakangan aku diberitahu bahwa yayasan itu milik Syiah, maka aku pun beralih menyalurkan barang-barang bekas itu ke BARBEQU DOMPET DHUAFA alias barang bekas ber-Qualitas milik Dompet Dhuafa. Barang-barang ini kelak akan dijual lagi oleh DOmpet Dhuafa dan hasil dari penjualannya akan disalurkan untuk berbagai kegiatan memberdayakan masyarakat dhuafa yang mereka kelola.

Dannnnn.... melihat mobil bak terbuka mampir mengangkut barang-barang bekas tersebut, suara-suara sumbang kembali terdengar dari para tetanggaku.
"Bu Ade sombong banget ya sekarang. Lupa deh ama kita-kita. Padahal kita juga butuh barang-barang yang sudah tidak dibutuhkan oleh Bu Ade itu."

WAAAAAAAAAA.... serba salah.

Okeh. Kembali ke soal membuang barang bekas di Sydney. Aku punya cerita tersendiri ke anak-anakku ketika aku memberitahu mereka dimana kelak barang-barang bekas itu akan dikumpulkan dan kelak akan disalurkan.

"Dulu nak... ayahmu kan di sini hanya seorang Student yang hidup dari beasiswa. Ibu dan ayah tuh sadar banget bahwa tinggal di Sydney itu hanya beberapa saat saja. Tidak mau selamanya. Paling banter juga beberapa tahun. Jadi, daripada kami menyisihkan uang untuk memperindah rumah dan melengkapinya dengan benda-benda yang dibeli di toko dalam keadaan baru; kami lebih memilih untuk mengunjungi toko barang bekas yang tersebar nyaris ada di seluruh distrik."

"Emang masih bagus bu barang-barang bekas tersebut?"
"Kalau beli di toko barang bekas mah masih bagus. Karena, sebelum dipajang di toko mereka, beberapa sudah  diperbaiki sekedarnya dulu, dan yang pasti sudah dibersihkan juga sih."

Lalu... kamipun membawa anak-anak untuk napak tilas mengunjungi toko barang bekas yang dulu menjadi langganan keluargaku.
Nah... ini dia barang-barang yang dipajang di toko barang bekas. Ada buku Harry Potter "Order to Phonix" yang dijual dengan harga 50 cent disana (jika dikurs jadi: Rp5.500). Dan lemari kayu yang masih mulus itu, dijual dengan harga A$30 (jika dikurs jadi Rp330.000).

"Kamu tahu nak.. dulu, piring, gelas, sendok, panci, kasur, lemari, dan nyaris sebagian besar barang-barang yang ada di rumah sewa kita selama kita tinggal di Sydney adalah barang bekas. Belinya lebih hemat, kelebihan uangnya bisa ditabung. Dulu pas jamannya reformasi baru saja dimulai. Jadi, yang namanya dollar Australia itu, sama seperti dollar Amerika, melambung tinggi sekali. Dari yang harganya Rp3000 tiba-tiba berubah jadi Rp 6000.. lalu perlahan terus naik nilainya. Nah... kami menabung. Lebih baik uangnya ditabung kan daripada membeli barang baru?"

"Bu... ini sih masih layak pakai banget namanya."
"Iya... cuma memang jika membeli disini harus kita cuci sendiri lagi. Karena, yang nyuci barang-barang bekas ini kan orang-orang non muslim, dan bisa jadi juga pemakai sebelumnya juga orang non muslim, jadi kita gak tahu apa yang terjadi dengan barang-barang ini sebelumnya. Jadi, kita emang harus kerja ekstra keras untuk mencucinya agar bukan hanya bersih tapi juga bebas dari najis. Islam kan tidak hanya mengenal halal, tapi huga thoyibbah. Tidak hanya bersih, tapi juga bebas dari najis. Yaa... tapi gak papah sih, capek sedikit tapi kan bersenang-senang kemudian."

"Oh...satu lagi nak.... sebenarnya, setiap sebulan sekali distrik council itu punya program recycling day."
"Apa lagi tuh?"
"Itu adalah hari pembuangan barang-barangbekas yang tidak diinginkan lagi oleh setiap rumah. Nah... itulah. Ibu sama ayah suka jalan kaki menelusuri jalan dari pagi untuk melihat-lihat apa saja barang-barang yang dibuang oleh tiap-tiap rumah barangkali saja masih ada barang yang bisa digunakan."
"Hah? Maksudnya?"
"Nih... orang Australi itu, adalah amat mencintai barang-barang yang up to date. Jadi, jika sudah ada barang baru maka mereka tidak segan untuk membuang barang lama mereka agar rumah tidak penuh. Jadi, pemerintah memberi kesempatan pada semua warganya jika memang ingin membuang barang-barang yang tidak diinginkan lagi ada harinya. Dulu, ibu punya kalendernya dan kami gantung di kulkas."

bentuknya seperti ini nih

ini barang-barang yang dilarang untuk dibuang di recycling day dan barang-barang yang boleh dibuang.
"Ibu ketemu apa saja pas hari recycling itu?"
"Banyak nak. Ibu memungut meja pojok yang masih bagus untuk tempat tv, juga kursi makan yang bentuknya masih bagus hanya saja catnya sudah terkelupas. Di Sydney, ongkos tukang buat ngecat atau memperbaiki rumah atau furniture itu mahal-mahal. Sama seperti gaji untuk pembantu rumah tangga yang juga mahal. Jadi, daripada harus nyuruh orang memperbaiki kayaknya orang sini lebih baik beli baru dan barang lama dibuang gitu aja."
"Maksudnya dibuang gitu aja tuh gimana sih?"
"Maksudnya... jadi kalau kita mau membuang barang gak kepake lagi, taruh aja di halaman depan rumah di hari yang sudah diberitahukan tanggalnya tersebut oleh pemerintah. Nanti mulai jam 12 datang deh truk-truk pemungut barang-barang tersebut dan mengangkut semua barang itu. Nah... kalau kita mau ngambil barang itu, berarti ya harus pagi-pagi. Ada kursi, sofa, televisi, mesin cuci, kulkas, tempat tidur, lemari, vacum cleaner, baju, sepatu, tas, pokoknya apa saja deh. Nah... strateginya kalau mau dapat barang buangan yang masih agak bagus, cobalah untuk keliling di daerah orang-orang kaya. Karena orang-orang kaya barang-barang buangannya jauh lebih bagus dan kadang dibuang karena mereka sudah bosan bukan karena rusak. Nah itu tadi... ibu ama ayah dapat seperangkat kursi dan meja makan itu."
"Gimana tahunya itu daerah orang kaya atau bukan?"
"Gampang. Lihat saja, itu daerah perumahan sendiri dengan halaman sendiri atau daerah apartemen. Kalau apartemen berarti bukan orang kaya. Gampang kan? hahahhaa. Rumah sendiri, punya halaman, punya mobil. halamannya luas; dah.. itu sudah clue yang cukup jelas. Jalan-jalanlah di daerah seperti itu untuk di pagi hari ketika recycling day berlangsung. Teman ayah malah ketemu televisi 29 inch yang masih bagus yang dibuang hanya karena layarnya tidak sedatar televisi jaman sekarang."

Nah.... kesempatan kedua itu, kadang membawa kebahagiaan kan buat orang lain? Setuju gak?

bersambung lagi ya nanti di cerita yang lain dari oleh-oleh liburan kemarin.


Liburanku: Think Big?

$
0
0
Ada sebuah nasehat dari seorang teman padaku. Katanya: "Diet itu cuma memerlukan satu hal saja sebenarnya: disiplin. Dimana saja, kapan saja, tetap harus disiplin dengan menu diet yang sedang kita jalani. Maka, kesuksesan diet itu pun akan bekerja dengan baik."

Disiplin.
Cuma satu kata padahal.
Terdengar sederhana ya. Tapi sumpah deh: susaaaaaahh dikerjakannya.
Apalagi ketika musim liburan tiba.
Waduh.

Berbeda dengan porsi makanan ketika kita berlibur ke seluruh wilayah Indonesia. Porsi makanannya kan mini-mini tuh. Jadi sepertinya para pedagang makanan sepakat untuk memberikan sajian dimana porsi sajian tersebut akan membuat pembeli memesan porsi makanan tambahan lagi agar perutnya benar-benar terganjal. Orang-orang Indonesia memang terkenal menyukai aneka kuliner. Tempat-tempat membeli makanan dipenuhi oleh orang yang membeli sajian kuliner tidak mengenal waktu. Di luar waktu makan tempat makan kursi-kursinya dipenuhi oleh orang-orang. Tepat di waktu makan maka tidak jarang ada yang makan berdiri atau terpaksa harus berkeliling beberapa kali sebelum akhirnya bertemu dengan bangku kosong. Herannya, meski sudah kejadian berkali-kali tidak kebagian kursi atau harus antri makanan yang porsinya tidak banyak tapi harganya lumayan mahal, tetap saja tempat makanan diserbu oleh orang-orang. Itu artinya: kita semua, memang bangsa yang doyan jajan.

Tapi, jika dipikir-pikir lagi. Kenapa kita semua doyan jajan ya? Dan jika diamati lebih dalam kebiasaan jajan ini maka yang akan terlihat adalah, makanan yang dibeli itu sebenarnya cuma formalitas saja. Yang dicari oleh orang-orang kita adalah kesempatan untuk berkumpul lalu ngobrol sambil bersantai dan nyemil dikit-dikit.
Nah.
Nah.
Jika sudah begitu cocok ya berarti dengan strategi para pedagang yang menjual porsi makanan dalam jumlah yang sedikit.

Berbeda dengan kebiasaan orang Indonesia yang senang bersantai  dan berkumpul untuk menghabiskan waktu dengan teman atau saudara sambil nyemil dikit-dikit, maka di luar negeri sana sepertinya budaya "waktu adalah emas" alias waktu itu amat berharga benar-benar dimiliki kesadarannya oleh masyarakatnya. Akibatnya, jika bukan waktu makan resmi (makan siang, malam atau pagi) maka tempat makanan cenderung amat sepi. Yang mampir untuk makan itu mungkin adalah turis, atau anak sekolah yang bolos, atau ibu rumah tangga yang sedang jalan-jalan atau mereka yang belum bekerja atau pekerja lepasan.

Dan karena waktu juga dipandang amat berharga, maka sekalinya waktu makan tiba maka tempat-tempat makan benar-benar diserbu. Orang-orang antri makanan, dan jika tidak kebagian bangku maka mereka mendatangi taman-taman yang terbentang lalu makan di taman.

Karena waktu amat berharga juga, maka porsi makanan yang disajikan pun menjadi besar-besar. BESAR-PADAT-DENGAN TAKARAN MENU YANG SEIMBANG-DAN HARGA YANG PAS.

Jangan pernah berpikir untuk diet ketika sedang jadi turis di negeri orang. Karena, meski kita harus menghabiskan porsi makanan yang besar-besar sekalipun, tapi semua itu dalam sekejap akan berubah jadi energi karnea sebagai turis kita akan memakainya untuk berjalan kaki ke sana kemari, mendaki tangga, menuruni tangga, mengejar bis yang selalu datang tepat waktu (jadi kalau telat dapat bisa-bisa menunggu lagi lama), memburu kereta api yang memiliki pintu stasiun yang banyak sehingga untuk mencapainya kita harus berputar-putar sejenak naik turun tangga.

Seperti ini nih porsi makanannya:

Ini salah satu makan siangku selama berlibur di Sydney. Kentang goreng yang dikudap dengan ikan bakar dan salad sayuran. Ikannya besar sekali, diambil dari ikan utuh yang difillet. Dan kentangnya juga banyak, dan saladnya... waaah. JIka di Indonesia porsi salad seperti ini bukan disajikan sebagai bonus biasanya tapi harus dipesan terpisah karena porsinya yang BIG.

Ini CHIPS alias kentang goreng khas Australia. Porsinya banyak banget, lebih tinggi bahkan dari botol aqua 600 ml. Dan di atas Chips itu adalah Kebab Turki yang balutannya juga lebih besar dari botol aqua 600 ml. 
Di Sydney, dan bagian-bagian kota lain di Australia sekarang sudah lebih enak kurasa dibanding jaman aku tinggal disana dahulu beberapa tahun yang lalu. Sekarang, sudah banyak restoran halalnya. Hanya saja, kebanyakan adalah restoran: Indonesia, Turki, Thailand dan China. Jangan ragu untuk memesan dan jangan sok-sok-an diet deh saranku mah. Karena susah menemukan sembarangan restoran halal disana. Jadi, begitu ketemu makan yang benar tidak  perlu basa basi. Belum tentu 100 meter kemudian kita bakalan ketemu restoran halal lagi.

Mencegah lebih murah daripada mengobati

$
0
0
Setiap hari, tugas utamaku adalah mengantar dan menjemput anak pergi dan pulang sekolah. Jalan kaki dan naik turun tangga penyeberangan untuk melewati jalan tol dalam kota sepertinya menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Meski melakukannya setiap pagi dan siang (yaitu ketika mengantar dan menjemput anak sekolah), setiap kali melewati tangga penyeberangan  tersebut, napasku selalu tersengal-sengal. Satu-satunya cara agar aktifitas bisa terus berjalan meski nafas tersengal-sengal adalah dengan cara mengatur keluar masuk udara dari mulut dan hidung sedemikian rupa. Tapi, tetap saja ini amat menggangguku. Lagipula, penasaran juga aku. "Ada apa sebenarnya? Kenapa aku selalu tersengal-sengal?"

ini suasana dari atas jembatan penyeberangan yang aku telusuri setiap pagi

Dalam sebuah pemeriksaan penyakit, dokter  memberitahuku bahwa detak jantungku tidak terlalu menggembirakan bunyinya.

"Coba deh bu, cek ke dokter jantung."

Akhirnya, karena saran tersebut aku pun mendatangi dokter jantung untuk memeriksa kondisi jantungku. Di dokter jantung pertama, saran yang dia berikan padaku hanya satu:
"Minum ya. Rajin minum air putih. Pokoknya, harus banyak minum air putih."

Karena nasehat tersebut akhirnya pada berbagai kegiatan, kemana-mana aku selalu membawa serta sebotol air putih dalam tasku. Memang amat membantu mengurangi rasa tersengal-sengal yang aku alami terutama ketika sedang naik dan turun tangga yang cukup tinggi; atau ketika melalui jalan tanjakan. Selalu ada rasa segar yang hinggap ketika minum air putih itu.
minum air putih dulu yuk

Tapi tetap sih, aku tetap memiliki rasa tersengal. Hanya saja tensinya berkurang setelah aku mengkonsumsi air putih. Aku penasaran. Ada apa dengan jantungku? Akhirnya, aku mencari second opinion dari dokter jantung yang lain, di rumah sakit yang lain.

Lewat serangkaian pemeriksaan dari awal lagi, dokter jantung baruku akhirnya menyarankanku untuk melakukan kateterisasi jantung. "Untuk memastikan saja, apakah benar ada penyumbatan atau tidak."

Hmm.


ini aneka minuman kemasan yang ada di rumahku. Berbagai macam merek memang.

Kateterisasi jantung. Mendengarnya cukup seram. Tapi karena semua pemeriksaan ini dicover oleh pihak asuransi, jadi agak mengurangi ketegangan juga sih. hehehhe. 

Jadi, aku pun memberanikan diri untuk menjalani pemeriksaankateterisasi jantung.

Hasilnya adalah, jantungku alhamdulillah sehat.
"Ibu suka olah raga ya?"
"Gak juga dok. Tapi saya senang berjalan kaki kemana saja."
"Bagus bu. Jalan kaki itu adalah kebiasaan yang amat bagus. Bagus untuk kesehatan jantung, bagus juga untuk kebugaran. Lihat, pembuluh darah ibu bersih dan aliran darahnya lancar semua. Kebiasaan orang jaman dulu yang sering disepelekan oleh orang jaman sekarang itu ya jalan kaki memang. Itu sebabnya orang jaman dulu jarang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah."

Alhamdulillah. Hasil pemeriksaan kateterisasi ini amat memuaskanku. Lalu, bagaimana dengan gejala tersengal-sengal yang sering datang sebelumnya? Kata dokter, pembuluh darahku bentuknya halus-halus ternyata. Itu yang membuat nafasku selalu tersengal-sengal.

"Jadi, bagaimana cara mengatasinya dok?"
"Cuma satu: minum air putih."
"Cuma air putih?"
"Ya, cuma air putih saja. Karena jika air berwarna lain, takutnya malah kekentalannya mengendap di pembuluh darah. Air putih itu paling baik. Paling murah, dan paling mudah didapat."

Dokter lalu menjelaskan bahwa air putih yang kita konsumsi itu banyak sekali kegunaannya bagi tubuh kita. Di antaranya adalah (kebetulan aku dapat artikel yang isinya sama dengan apa yang diberitahukan oleh dokterku berikut ini):

1. Melindungi jantung
Orang yang terbiasa minum air putih lebih dari lima gelas dalam sehari, kemungkinannya untuk meninggal akibat serangan jantung turun 41 persen dibandingkan mereka yang hanya minum kurang dari dua gelas air putih sehari, demikian menurut studi selama enam tahun yang diterbitkan di American Journal of Epidemiology. Selain itu, kebiasaan minum air putih dalam jumlah minimal lima gelas sehari juga akan mengurangi risiko kanker. Tubuh yang tak kekurangan cairan dapat mengurangi risiko kanker usus hingga 45 persen, kanker kandung kemih hingga 50 persen, dan kemungkinan juga mengurangi risiko kanker payudara.

Dokter jantungku secara pribadi mengatakan bahwa pasokan air putih yang mengalir dalam darah bisa mencegaha terjadinya penyumbatan darah di pembuluh darah. Hal ini amat berguna untuk mencegah stroke dan serangan jantung mendadak. Itu sebabnya nasehatnya selalu : "Jangan lupa minum air putih ya. Jangan kurang minum air putih."

2. Mencegah sakit kepala
Siapa yang tahan jika migrain mulai menyerang? Namun sebelum Anda mengonsumsi obat-obatan pereda nyeri, coba atasi dengan minum air putih. Menurut para peneliti dari University of Masstricht, Belanda, minum air putih tujuh gelas dalam sehari bisa meredakan sakit kepala, dan meningkatkan kualitas hidup mereka yang selama ini menderita akibat migrain. Dalam uji coba, mereka yang minum 1,5 liter air sakit kepalanya berkurang 21 jam, demikian pula dengan intensitas rasa sakitnya.

3. Meningkatkan ketajaman otak
Menurut penelitian, tingkat dehidrasi sebesar satu persen saja dari berat badan Anda sudah bisa mengurangi fungsi-fungsi berpikir Anda. Otak memang membutuhkan banyak oksigen agar dapat berfungsi pada tingkat optimal. Dengan minum banyak air putih, Anda bisa memastikan bahwa otak telah terpenuhi kebutuhannya. Malahan, minum 8-10 cangkir air putih setiap hari bisa memperbaiki tingkat performa kognitif sebanyak 30 persen.

4. Membuat Anda tetap waspada
Dehidrasi adalah penyebab utama rasa lelah yang terjadi sepanjang hari. Jika rasa letih yang Anda rasakan lebih seperti dorongan kuat untuk tidur siang, coba minum segelas air. Minum cukup air putih akan membuat Anda bekerja lebih baik, paling tidak bisa mencegah Anda merasa sulit konsentrasi. Perlu Anda tahu, tingkat dehidrasi sebesar dua persen bisa memicu masalah memori jangka pendek. Anda juga akan mengalami kesulitan berfokus pada apa yang sedang Anda baca di layar komputer.

5. Membuat kulit bercahaya
Kurang cairan menyebabkan sel-sel kulit mengerut. Banyak mengonsumsi air akan membuat kulit terjaga elastisitasnya.

6. Mengeluarkan racun dari dalam tubuh (detoksifikasi).
Air berperan dalam penyaringan racun tubuh yang dibuang melalui urine. Kondisi yang parah juga akan mengakibatkan penyakit batu ginjal dan gagal ginjal.

Itu ceritaku bagaimana akhirnya sebotol air putih akhirnya menjadi salah satu benda yang wajib ada di dalam tasku. Bersanding dengan handphone dan dompet serta kartu ATM dan benda-benda lain. Bahkan, jika harus memilih 3 benda saja untuk dibawa pergi, maka yang aku bawa pasti hanyalah handphone, dompet dan botol air putih. Keberadaan minuman dalam isi tasku sudah menjadi sebuah kebutuhan yang harus tersedia.

*****

Kebutuhan manusia akan air memang amat tinggi. Manusia, mungkin bisa bertahan hidup berhari-hari tanpa harus makan sama sekali. Tapi, tidak ada manusia yang bisa bertahan hidup jika harus hidup tanpa air selama berhari-hari. Kebetulan, aku menemukan artikel menarik tentang air yang keberadaannya mendominasi cara kerja sistem tubuh manusia, judulnya "Air Mendominasi Tubuh Manusia."

Dari artikel tersebut, dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK mengatakan bahwa komponen yang membentuk seluruh jaringan tubuh manusia, prosentase terbearnya  diisi oleh air. Air membentuk  lebih dari 70% tubuh manusia; mendiami 85% darah yang mengalir dalam tubuh manusia, dan mengisi 75% massa otot serta memenuhi 90% dari sel tubuh manusia.

Gambaran dari kondisi tersebut di atas, oleh dr Luci dideskripsikan sebagai berikut:
"Misalnya, orang dengan berat badan 70 kg dimana total air dalam tubuhnya adalah 60 sampai 70% maka setidaknya 42 liter di tubuhnya adalah air dengan perincian keberadaannya yang tersebar kurang lebih adalah,  di dalam sel sebear 40%, di luar sel 30%, di dalam pembuluh darah 5% dan di antara jaringan lain sekitar 15%." (dikutip dari artikel air *1)

Dari penjelasan tentang keberadaan air dalam tubuh manusia tersebut, bisa dimaklumi jika nasehat yang aku dapat dari dua orang dokter jantung  dari dua rumah sakit untuk mencegah masalah penyumbatan pembuluh darah sekaligus mencegah masalah yang terkait dengan penyakit jantung hanya satu nasehat "Jangan lupa minum air putih. Harus banyak minum air putih."


Secara kebetulan, kesehatan keluargaku sering terganggu karena masalah yang berhubungan dengan kebutuhan air bersih. Anak tengahku, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, beberapa kali terserang demam tinggi dan batuk. Ketika dibawa ke dokter, masalahnya adalah: "Ini kurang minum kayaknya."
Bahkan pernah dia sampai terserang sakit tenggorokan dan sariawan dan kembali dokter memberitahu bahwa "Kurang minum nih."
Dan hal serupa kembali terjadi pada anak bungsuku.
Huff.
Entah mengapa anak-anak perempuanku sering lupa minum jika sedang asyik dengan permainan dan kegiatannya. Itu sebabnya aku sering mengingatkan mereka, "Hayooo... sudah minum belum?"  atau "Sudah berapa gelas minum air putih hari ini?"
Terkadang, malah aku sering mengantarkan mereka segelas air atau sebotol air kemasan agar mereka meminumnya. Agak dipaksa memang, karena sering menunggu kesadaran mereka untuk minum itu sulit. Apalagi jika mereka sedang amat asyik dengan apa yang mereka kerjakan.

Beberapa kali diingatkan, mereka pun bertanya padaku. "Sebenarnya, yang benar itu kita butuh berapa gelas air sih yang harus diminum? Kayaknya aku sudah minum 8 gelas deh hari ini. Tapi kenapa aku tetap ngerasa kering ya? Haus terus bawaannya." (ini pertanyaan yang paling aku ingat ketika anak bungsuku datang dengan wajah yang keringatan sepulang dari sekolah. Dia kubekali dua buah botol air putih kemasan 600 ML dan keduanya habis tandas tapi dia tetap merasa kehausan).

Dari pertanyaan ini, aku membawa anakku untuk mencari tahu tentang kebutuhan air bagi tubuh manusia. Ada banyak artikel dengan informasi tentang air yang tersebar di internet. Dan sebagai salah satu generasi Gadget, anakku bisa dengan mudah kubawa untuk mencari tahu tentang hal tersebut. Salah satunya adalah, arikel dengan judul "Berapa Banyak Seharusnya Anda Minum?"


Dan ketika liburan kemarin, di atas pesawat aku juga berjumpa dengan sebuah artikel ringan yang menjelaskan tentang pentingnya air bagi otak manusia. Sengaja aku foto artikel tersebut (ada di dalam Garuda magazine on board) dengan niat untuk membaginya dengan anakku (biasanya, anakku selalu bersemangat melakukan sesuatu jika mereka sudah tahu manfaat dari apa yang mereka lakukan. Ini termasuk cara agar anak-anakku tidak lupa minum air putih dalam keseharian aktifitas mereka).


Sekitar 75% otak berisi air. Itulah sebabnya mengapa komposisi air dalam tubuh penting, yaitu untuk kemampuan berpikir

 Dari artikel tersebut, anakku jadi tahu bahwa air ternyata menempati 75% dari otaknya.
"Itu sebabnya, kalau kamu lagi pusing ngerjain PR, minum air putih aja segelas. Nanti terasa deh, kamu dapat kesegaran tersendiri terus bisa ngerjain PR lagi dengan kondisi yang lebih fresh. Tapi ingat ya, periksa dulu baik-baik, air di gelasmu itu bersih apa nggak. Oke?"

Anakku mengangguk sambil tersenyum. Nasehatku ini ada ceritanya sebenarnya. Dua tahun lalu, ceritanya anakku kena demam tinggi yang disertai dengan muntah. Jika dia makan apa saja, tidak lama kemudian dia akan memuntahkannya. Tubuh mungilnya jadi makin kelihatan ringkih karena muntah-muntah yang dia alami. Akhirnya aku membawanya ke dokter. Ternyata setelah diperiksa, ada jamur berwarna putih di daerah belakang lidah. Dan dari pemeriksaaan lebih lanjut, penyebabnya diduga dari air putih yang dia minum yang sudah tercemar. Selama ini, setiap kali pergi ke sekolah anakku memang aku bekali air putih dari termos. Tidak pernah aku isi air berwarna untuk isi termosnya karena aku khawatir air berwarna tersebut akan basi seiring dengan waktu yang dia habiskan di luar rumah. Air putih dalam termosnya ini yang dia minum jika waktu istirahat tiba; dia minum ketika selesai makan cemilan atau makan siang. Tapi, karena masih anak-anak, sering dia minum dari termos dalam kondisi mulut yang masih berisi makanan. Akibatnya, terjadi pertukaran isi mulutnya dengan isi termos. Sudah bisa ditebak, air putih di termosnya jadi keruh. Tapi sekali lagi, karena anakku masih anak-anak (2 tahun lalu usianya baru 6 tahun), dia tidak pernah ambil pusing apakah airnya bersih atau tidak. Dengan cuek dia akan menghabiskan minuman di termosnya. Tiba di rumah, termos ini dicuci sekedarnya saja. Dan karena bentuknya dari plastik, tidak bisa disterilkan dengan uap air panas untuk membunuh bakteri. Inilah yang menyebabkan jamur berkembang dengan cepat di wadah termos plastik anakku dan akhirnya jamur tersebut masuk ke dalam tubuhnya ketika dia meminum air putih dari termosnya. Hasil penemuan sebab jamur di belakang lidahnya tersebut, dokter anak lalu memberikan sebuah nasehat.

"Saya bukannya tidak cinta lingkungan. Tapi, terus terang saja, saya lebih merekomendasikan agar anak-anak membawa botol minuman sekali pakai saja daripada botol isi ulang. Kecuali jika botol itu bisa disterilkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang hingga semua bakteri dan jamur lenyap dari dinding botolnya."

Jika diingat-ingat, memang aku sering melihat sesuatu yang kecil melayang di dalam botol minuman si bungsu. Tapi, karena aku sebelumnya menganggap itu sesuatu yang menggelikan dari kelakuannya yang lucu jadi aku abaikan saja.Pengabaianku ini yang justru mendatangkan penyakit bagi putriku. Ugh. Ugh.

Sejak itu, aku tidak pernah lagi membekali termos minuman pada anak-anakku. Aku lebih senang membekali mereka botol air kemasan sekali pakai sambil tidak lupa mengajari mereka untuk merusak botol yang sudah kosong sebelum dibuang ke tempat sampah agar botol tersebut tidak disalah gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 

Air putih yang bersih itu sebuah keharusan bagi kebutuhan keluargaku (jika ditanya kenapa bisa begitu? Karena, biaya berobat akibat mengabaikan penggunaan air putih yang bersih tersebut jauh lebih mahal daripada mengkonsumsi air putih yang bersih. Jadi, lebih baik mencegah deh daripada mengobati. Aku sudah membuktikannya sendiri kebenaran ungkapan tersebut).

selalu gunting dinding botol kemasan yang sudah kosong atau remukkan botol tersebut. Ini adalah salah satu cara mencegah pihak lain memalsukan air kemasan. Kebetulan suamiku pernah loh melihat sendiri tempat para pemulung menjual botol kemasan yang sudah di"muluskan" kembali lalu mengisinya dengan "air bening tapi mentah" dari air pompa lalu menjualnya di pinggir jalan

Anakku, yang karena sering aku ajak berdiskusi tentang berbagai macam hal meski usianya masih kecil, pernah bertanya padaku setelah dia selesai menonton acara televisi yang menayangkan tentang kelangkaan air bersih di Afrika sana. Dimana anak-anak dengan tubuh yang amat kurus hingga tulang berbalut kulit saja, tampak tak berdaya bahkan untuk mengusir lalat yang hingga di atas tubuh mereka. 

"Bu... padahal, di bumi ini kan air tuh banyak banget ya. Kalau aku liat globe, pasti deh yang paling banyak itu bagian yang berwarna biru , yaitu bagian airnya daripada warna coklat atau hijau, bagian daratannya. Terus, hujan juga sering turun. Tapi kenapa sih kok ada tempat dimana air bersihnya langka? Padahal ibu pernah bilang ke aku bahwa jumlah air yang ada di bumi kita ini jumlahnya tetap?"

Pertanyaan anakku ini membuatku berpikir dan belajar lagi. Aku dan anakku kembali belajar bersama untuk mencari tahu hal ini. Karena, jika dipikir-pikir memang betul sih pertanyaan anakku itu. Memang pantas mengundang sebuah pertanyaan.

Dari berbagai website yang kami telusuri bersama, aku dan anakku menemukan fakta sebagai berikut: ternyata dari semua planet yang terbentang di jagad raya, maka planet bumi adalah satu-satunya planet yang permukaannya paling banyak terdapat air. Lebih kurang, 73% dari permukaan bumi diisi oleh air. Baik itu yang terdapat di laut, sungai, danau, selat dan sebagainya. Tapi, meski nyaris seluruh permukaan bumi diisi oleh air, sesungguhnya yang bisa dikonsumsi oleh manusia hanya sebesar 3% saja. 

Mengapa? Karena, keberadaan air yang lain adalah air asin yang ada di laut. 



bagan pembagian air yang ada di muka bumi dimana sebagian besar ternyata diisi oleh air laut yang tidak bisa dikonsumsi



Gambar di atas menunjukkan grafik pie mewakili pasokan air bumi. Seperti yang bisa dilihat di atas, sebagian besar air bumi terkandung dalam samudra dan laut, dan hanya 3% dari air bumi adalah air tawar.



Sekarang melihat hanya bagian air tawar (grafik pie tengah), sebagian besar dari itu (79%) yang membeku dalam gletser dan es di Kutub Utara dan Selatan, bagian (20%) adalah air tanah, dan hanya 1% adalah  air tawar permukaan yang dapat  diakses (dikonsumsi).



Dari grafik pie paling bawah,  terlihat  sejumlah kecil air tawar yang bisa dikonsumsi, 53% ada di sungai dan danau, dan 8% adalah air yang ada di atmosfer. Jadi, air di danau air tawar adalah sekitar 52% dari air yang dapat diakses 1%. Dengan kata lain, hanya terdapat  3%  saja total  air tawar, atau sekitar 0,015% dari total air di Bumi). Itu sebabnya, pada  beberapa kondisi sering terjadi kelangkaan air tawar di beberapa tempat meski planet bumi itu sendiri sebagian besar permukaannya dipenuhi oleh air.
inilah paparan air yang tersedia di muka bumi: air laut, es dan air tawar (yang turun lewat hujan)

"Makanya nak, ibu sama ayah selalu kan ngingetin kamu untuk hemat air, hemat air. Ya karena itu tadi, air tawar yang bisa kita konsumsi itu cuma sedikit jumlahnya di atas muka bumi ini. Dan yang lebih sedikit lagi jumlahnya itu adalah ketersediaan air bersih."

"Memangnya air tawar sama air bersih beda bu?"
"Ya iyalah beda. Air tawar itu kayak air sungai, air danau, air hujan. Memangnya, mereka semua bisa kita minum begitu saja? Kayak air sungai yang mengalir di Ciliwung itu, kalau ibu ciduk segelas terus ibu kasih ke kamu, kamu mau nggak minumnya?"

"Nggak disaring dulu? Nggak dimasak juga? Euhhhh.... nggak!"
"Nah... itu bedanya air tawar sama air bersih. Air bersih tuh air yang belum terkontaminasi berbagai macam limbah manusia atau pabrik. Dan lebih bagus lagi jika air itu sudah melalui proses penyaringan terlebih dahulu. Soalnya, bahaya sih nak, jika kita minum air sembarangan. Bisa kena diare, difteri, atau gangguan pencernaan lain. Malah, kalau misalnya air yang tidak bersih itu kita gunakan untuk mencuci dan  mandi, kita juga bisa terkena penyakit kulit seperti panu, kadas, kurap dan penyakit alergi lainnya. Serem deh pokoknya."


Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjaga keberadaan air tawar:

1. Mengembangkan perilaku bijaksana dalam memperlakukan keberadaaan kepemilikan air. 
Seperti tidak boros dalam menggunakan air untuk berbagai keperluan. Ada banyak hal-hal sederhana yang bisa dilakukan seperti matikan keran air ketika kita sedang menggosok gigi, atau ketika sedang menyabuni tangan atau tubuh. Ambil seperlunya, dan tidak menggunakannya secara berlebihan. Bahkan bijak dalam memperlakukan handuk atau pakaian atau selimut yang kita kenakan, juga termasuk dalam perilaku bijak penggunaan air. Dengan begitu, tidak perlu sekali pakai lalu dicuci, dengan demikian otomatis pemakaian air untuk mencucinya juga lebih hemat. Artis Rachel Hunt, bahkan karena kesadaran akan pentingnya menghemat pemakaian air tawar, mengganti bath tubnya yang mewah dan besar dengan shower. Dengan begitu, ketika sedang memakai sabun dan shampoo, air shower bisa dimatikan. 

2. Mengembangkan perilaku cerdas dalam penggunaan air. 


Pernah dengar istilah recycle? Air sesungguhnya bisa juga direcycle. Di desa Desa Toglo Mas, Malang, sudah diterapkan recycle air limbah agar air buangan dari limbah rumah tangga tidak mengotori air sungai Brantas. Sebelumnya, awal tahun 80-an, penduduk di desa tersebut banyak yang membuang kotoran dari kegiatan buang air besar mereka di sungai, atau membuangnya dalam kantong plastik yang kemudian dilempar ke sungai Brantas. Akibatnya, sungai pun menjadi tercemar, belum lagi jika kotoran ini tersangkut di rumpun bambu yang terdapat banyak di pinggir sungai. Akibatnya, bau tidak sedap merebak di desa tersebut.

Adalah seorang Agus Gunarto yang kemudian berinisiatif untuk mengubah kebiasan masyarakat tersebut. Dia mulai menerapkan sebuah sistem penjernihan limbah rumah tangga tersebut agar kelak air yang mengalir dari limbah rumah tangga ke sungai bukan lagi sebagai air limbah tapi air yang sudah dijernihkan sehingga Sungai Brantas tidak terlalu kotor dan bisa dikonsumsi oleh masyarakat.

Kebetulan, suami saya mendapat kesempatan untuk menyaksikan cara Agus Gunarto melakukan recycle air di kota Malang, Jawa Timur dan ini oleh-oleh yang suami saya jelaskan pada anak dan istrinya di rumah segera setelah dia pulang. 

(gambar adalah koleksi pribadi. Keterangan: ini adalah tangki tempat menampung semua kotoran manusia dari kakus rumah tangga. Inilah penampungan pertama tangki AG).


(gambar diambil dari koleksi pribadi. Keterangan gambar: ini adalah gambar dari endapan lumpur bekas kotoran manusia yang berasal dari tangki AG di atas)



(gambar diambil dari koleksi pribadi. Keterangan gambar: ini adalah penampungan air selanjutnya yang kemudian disaring dengan bantuan tanaman eceng gondok yang akan menyerap kotoran dan bakteri e. coli yang terdapat dari air limbah yang dikeluarkan oleh tangki pertama).

(untuk keterangan lebih lanjut sistem pengolahan limbah tersebut silahkan mampir di http://digilib-ampl.net/file/pdf/tlogomas.pdf).
 Kita pun bisa melakukan recycle air secara sederhana di rumah (aku melihat sistem saringan sederhana ini diterapkan di rumah saudaraku di Palembang, yang memang sering kesulitan air tawar di musim kemarau. Sungai Musi yang membentang kota Palembang, ternyata kadar asamnya amat tinggi sehingga dari hasil penelitian terlihat bahwa kadar asam di sungai terbesar di Sumatra selatan itu mampu membuat karat sebuah potongan baja dalam waktu yang tidak lama setelah direndam di dalam air sungainya. Kondisi inilah yang membuat air sungai Musi tidak bisa lagi dikonsumsi). 
Bagaimana caranya melakukan proses recycle sederhana yang dilakukan oleh saudaraku itu? Dalam hal ini, dia memiliki drum-drum dalam jumlah banyak untuk menampung air hujan yang turun di musim hujan. Juga sebuah bak penampungan air yang amat besar di samping rumah. Nyaris seluas garasi mobil orang Jakarta. Agar tidak berkembang nyamuk di dalam kolam penampungan air hujan tersebut, dipeliharalah beberapa ekor ikan. Nah, air dari bak penampungan ini, disalurkan ke dalam keran-keran kecil yang akan mengisi sebuah bak penampungan yang jauh lebih kecil. Bak penampungan ini diisi dengan batu-batu kerikil, ijuk dan potongan batu bata serta batu tawas sebagai saringannya. Lalu, selanjutnya, air yang sudah melalui penyaringan ini akan kembali disalurkan ke keran-keran lagi guna dilimpahkan ke ember-ember plastik siap angkut.Air yang keluar sudah lebih bersih dan bening. Bisa dipakai untuk mencuci, menyiram tanaman, membersihkan rumah dan kendaraan, serta untuk mandi. Untuk dipakai guna keperluan memasak, ada lagi alat saringan berikutnya.Ide recycle air ini menurutku luar biasa untuk daerah dimana kelangkaan air memang kerap terjadi.

3. Mengembangkan perilaku ramah pada alam sekitar.

Air hujan yang turun dari langit, adalah rezeki yang diberikan oleh Allah SWT bagi ummat manusia. Jangan pernah sia-siakan air hujan tersebut dengan cara jangan tutupi halaman rumah kalian seluruhnya dengan semen. Sisakan hamparan tanah karena sesungguhnya, air hujan yang turun dari langit itu ketika bertemu dengan tanah akan  segera berusaha untuk masuk ke dalam tanah. Lapisan semen atau beton atau aspal yang menutupi permukaan tanah akan menghalangi meresapnya air hujan masuk ke dalam tanah. Padahal, air hujan yang masuk ke dalam tanah inilah yang akan mengisi persediaan air tanah kita.


Selain itu, jangan gunduli hutan dan lereng bukit atau gunung yang tersedia. Karena hutan yang gundul dan lereng yang tidak memiliki pohon akan menyebabkan laju air hujan yang turun di daerah gunung turun begitu cepat tanpa punya kesempatan meresap ke dalam tanah. Akibat laju air yang cepat di lereng tersebut, justru bisa menyebabkan longsor dan banjir.


Termasuk perilaku ramah pada alam sekitar adalah tidak mengotori sungai dan kali dengan sampah atau mendirikan bangunan di pinggiran sungai. Sampah yang berserak di atas sungai dan bangunan yang tersebar di pinggiran sungai, akan membuat kapasitas sungai untuk menampung air menjadi berkurang dan itu bisa menyebabkan air sungai meluap dan terjadilah banjir.

ini kondisi yang terjadi saban musim hujan tiba di kota Jakarta. Kondisi ini terjadi tidak jauh dari jembatan penyeberanganyang selalu aku lewati setiap pagi ketika mengantar dan menjemput anak sekolah.

 Kebetulan, sekolah dasar  putri keduaku, berada di daerah rawan banjir. Mungkin karena letaknya yang ada di daerah yang lebih rendah dari perumahan yang ada di sekitarnya. Akhirnya, pihak sekolah berinisiatif untuk membuat 4 (empat) buah sumur resapan di halaman sekolahnya. Ternyata, inisiatif membuat sumur resapan (seperti gambar di bawah ini) cukup efektif. Memang tidak bisa mencegah sekolah agar tidak terendam banjir. Banjir tetap menghampiri sekolah tersebut. Tapi, dibanding dengan kondisi rumah-rumah di sekitarnya, maka sekolahan anakku banjirnya lebih cepat surut sehingga pihak sekolah tidak pernah meliburkan murid-muridnya terlalu lama.

(gambar diambil dari poster pencanangan sumur resapan yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Keterangan gambar: ini adalah gambar sumur resapan yang sebaiknya ada di tiap-tiap rumah tangga. Sumur resapan ini bisa menampung limpahan banjir yang terjadi di jalan raya yang ada di depan rumah di daerah banjir)





Termasuk dalam perilaku ramah pada lingkungan yang terkait dengan ketersediaan air bersih adalah: tidak buang sampah sembarangan dan tidak membuang sampah ke aliran sungai; juga tidak membiarkan terjadinya pembiaran tindakan mengotori sumber mata air atau aliran air. Karena, air yang tercemar pasti akan merusak kesehatan dan keberlangsungan ekosistem di sekitar keberadaan air itu sendiri.

4. Mari mengembangkan perilaku Menabung air bagi masa depan.

Ada dua hal yang bisa dilakukan untuk keperluan tersebut: yaitu membuat sumur biopori dan sumur resapan di pekarangan dan lingkungan sekitar rumah. Di daerah sekitar rumahku, ketika musim hujan turun tiga tahun yang lalu, genangan air hujan di gang-gang dekat rumah sering lama sekali menyerapnya karena murni mengandalkan pada sinar matahari yang akan membuatnya menguap atau tersapu oleh berbagai macam gerakan menyapu air itu untuk pergi (seperti lewat motor yang melintas, atau sengaja digiring dengan sapu lidi). Akhirnya, Pihak Kelurahan mulai menerapkan pembuatan lubang biopori setiap jarak satu meter di sepanjang gang. Hasilnya, ketika musim hujan tahun berikutnya, air hujan cukup lumayan cepat terserapnya dan genangan air pun tidak lagi tinggi dan lama di gang-gang atau halaman rumah. Pembuatan lubang biopori sendiri lebih sederhana untuk diterapkan oleh banyak orang. Cukup membuat lubang dengan diameter 10 cm (ada alat untuk membuat lubang biopori yang sekarang dijual di toko perkakas kebun) dengan kedalaman 1 meter ke dalam tanah. Lalu, isi lubang tersebut dengan sampah organik atau kompos yang berfungsi untuk menggemburkan tanah karena otomatis akan menjadi tempat yang nyaman bagi para cacing tanah. Lalu tutup lubang tersebut dengan tutup saringan yang biasa ada di pembuangan air di kamar mandi. Mudah kan?





 Jadi, jangan semen atau tutupi semua permukaan halaman rumah kita. Selalu beri jalan untuk air yang tergenang agar bisa menelusup masuk kembali ke dalam tanah. Termasuk disini juga, menanami tanah dengan tanaman atau rumput. Mereka berdua bisa menahan dan menampung air hujan lebih efektif.

 Jika perilaku bijaksana dalam penggunaan dan perlakuan terhadap air tawar tersebut bisa diterapkan oleh seluruh orang Indonesia, maka aku sih yakin ya, Indonesia bisa terhindar dari krisis air bersih seperti yang dialami oleh beberapa negara di Afrika sana. 
Mencegah itu jauh lebih murah daripada memperbaiki atau mengobati. Itu benar sekali. Dan bijaksana dalam penggunaan dan perlakuan terhadap air, insya Allah juga akan membawa Indonesia pada kondisi yang jauh lebih sehat.
Semoga.


===============================================
.bahan bacaan:
- Air mendominasi tubuh manusia (menshealt.co.id)

Berapa banyak sebaiknya anda minum? (meetdoctor.com)

- Fungsi dan peran air bagi kehidupan manusia (artikellingkunganhidup.com)
- Manfaat air putih bagi kesehatan jantung (blogspotsehat.com)
- Gambaran umum krisis air bersih di Indonesia (forum hijau Indonesia)
- Memaksimalkan 1% air yang bisa dipakai di muka bumi
- Air sebagai sumber kehidupan (tulisan sendiri)
- Where is the water on earth?
 - 6 Manfaat air putih bagi kesehatan tubuh (artikel di facebook)

artikel ini diikut sertakan dalam lomba blog dengan tema Air dan Kehidupan untuk Indonesia yang lebih baik


Resep Sambal Mangga dan Kisah di Baliknya

$
0
0
Kemarin, sepertinya aku terkompori oleh sambal bu Sukri alias @anikkeenola. Beberapa kali nyoba masakan buatan dia terbukti enak jadi liat sambalnya asli bikin kepingin Jadilah step by step resep sambal ibu sukri aku ikuti. Begitu udah jadi dan aku colek, wuihhhhh.... Rasanya emang enak. Lalu tiba-tiba aku ingat almarhum ayahku. Dulu, ayah menanam pohon mangga bacang di rumahnya. Buahnya besar dan bulat sebesar melon. Belakangan, pohon mangga ini ternyata di luar sana dikenal dengan nama Mangga Apel.

Hmm. Sebenarnya, pohon Mangga Apel ini tidak sepenuhnya ditanam oleh Ayahku. Awalnya, pohon ini ditanam di halaman rumahku. Ceritanya, aku ingin menanam tambulapot alias tanaman buah dalam pot. Benih cikal bakal pohon ini aku beli di tukang tanaman seharga Rp15.000. Murah kan. Nah, di rumah, mangga apel ini aku tanam di sebuah pot plastik ukuran besar. Seiring dengan bertambah besarnya tanaman manggaku, pot plastikku pun pecah. Lalu, aku pindahkan ke sebuah pot tanah liat. Dan, akar-akar pohon mangga apelku pun kembali merobek dinding pot tanah liatku. Tukang tanaman langgananku menyarankan agar tanaman mangga apel itu ditanam saja di tanah. Tapi.... hmm. Tanah pekarangan rumahku mini. Luasnya hanya sebesar 2 x 1,5 meter saja. 

Bingung.
Galau.
Aku agak-agak menyesal kenapa berkeinginan menanam tambulapot. Ujung-ujungnya aku malah menelantarkan tambulapot mangga apelku. Tidak disiram, tidak diindahkan. Benar-benar terjadi sebuah pembiaran.Penelantaran.
Hingga ayah dan ibu datang ke rumahku dan kasihan dengan tambulapot mangga apel yang merana. Batangnya kurus, daunnya hanya tersisa beberapa tangkai saja di pucuknya yang bisa dihitung dengan jari. 

"Sudah. Buat ibu aja ya. Biar ditanam di rumah saja." Ibu akhirnya berinisiatif mengadopsinya setelah mendengar penjelasanku. Akhirnya kami bersepakat. Tambulapot mangga apelku dibawa ke rumah ibu dan di tanam di halaman belakang rumahnya yang luas, dekat dengan kolam ikan dan air terjun. 

ini nih bentuk tambulapot mangga apel. Belakangan aku tahu bahwa seharusnya diletakkan dalam tong! hehehe

ini dia bentuk buah mangganya. Besarnya sebesar buah melon nih aslinya. Gambar diambil dari sini
Setelah dipindahkan ke tanah, tanaman mangga apel ini tumbuh dengan subur sekali. Dahannya menjulur melebar dan setiap batangnya rimbun dengan daun. Yang paling mengagumkan adalah ketika mulai bermunculan bakal buah. Awalnya, bakal buah itu muncul kecil-kecil dan bergerombol di ujung ranting, seperti buah duku, lalu terus membesar sebesar buah jeruk dan itu akan terus membesar dan membesar. Ayahku, dengan sabar akan menutupi buah yang sebentar lagi akan masak dengan koran agar buah tersebut tidak dicuri oleh kalong atau musang. 

"Tuh, De. Tanaman dari rumahmu, tumbuh subur di rumah ayah. Sebentar lagi panen itu."
"Wuih.. mangga. Aku dulu nanam mangga sebenarnya karena suka banget sama mangga. Mangga di rumah tuh diapain aja laku. Ade buat  puding mangga, dicampur di tumisan ayam jadi model masakan Thailand gitu, atau dikupas begitu saja. Pokoknya pasti laku deh buah mangga di rumah ade."
"Ya sudah, nanti kalau sudah mau panen, ayah akan bagi ke kamu buahnya."

Ternyata ayah bukan cuma janji palsu saja berkata seperti itu. Dia serius. Begitu serius hingga pada beberapa buah mangga pilihannya, ditulisnya di kulit mangga itu sebuah tulisan:

Ade, 12/8/04
Artinya, buah itu (cuma) untuk ade, dan akan dipetik pada tanggal 12 bulan 8 tahun 2004. 
Jadi, ketika ayah datang ke rumahku dengan sekantong mangga yang besar-besar, pada tiap-tiap buah mangganya ada tulisan berspidol seperti itu. (jujur saja, waktu itu aku mentertawakan kelakuan ayahku itu. Tapi, ketika beliau sudah wafat, aku mengenangnya kini sebagai sebuah perlakuan spesial dari ayahku. Ya, ternyata beliau amat men-spesial-kan aku. Subhanallah, ayah....)

Setelah berganti tahun dan pohon mangga kian besar dan melebar, buah yang masak pun kian banyak dan ketika mendekati musim panen mangga, harum buah mangga yang ingin ranum  itu mengundang kedatangan kalong buah dan musang. Jadi, setiap malam sering terdengar buah yang jatuh karena digerogoti kalong (ini cerita ayahku). Akhirnya, ayah memetik buah itu sebelum tanggal yang tertera di sana.

"De... ini belum matang banget. Masih harus nunggu dulu. Tapi, tempat beras di rumah ayah sudah tidak muat tempatya untuk menyimpan mangga. Kamu simpan sendiri saja ya."
"Terus... terus dikupasnya kapan?"
"Memangnya kamu nggak tahu?"
"Ya, paling ade pencet aja. Kalau lembek berarti dah matang."
"Itu namanya busuk, anakku."

Bisa jadi karena ayah gemas melihat kebodohanku, maka, tulisan tangan ayah di kulit buah mangga itu bertambah lagi dengan tulisan baru.


Ade, 12/8/04

2 minggu lagi

 yang artinya, buat Ade, bisa dimakan tanggal 12, bulan 8, tahun 2004 jika buah itu matang di pohon, tapi karena ini sudah dipetik maka baru bisa dimakan 2 minggu lagi.

Jadi, kebayang kan repotnya ayahku yang setiap kali datang dengan sekantong mangga yang sudah ditulis tiap-tiap buahnya, lalu tiba di rumahku masih disibukkan dengan menulis pada tiap-tiap buahnya itu sebuah tulisan baru lagi. Sebelum ditulis, ayah mencium buah tersebut, mengendus-endusnya terlebih dahulu lalu berpikir sejenak untuk memperkirakan kapan estimasi terdekat buah tersebut bisa mulai dikupas.
Aku sering mentertawakan kelakuannya tersebut.
Tapi dalam hati aku senang sekali dengan semua perhatiannya tersebut. Dengan semua kerepotannya tersebut. Dengan semua yang sedang dia usahakan untukku. Spesial untukku. Hanya untukku.

Duh. Ayah.
Ade jadi kangen banget sama ayah malam ini gara-gara kelakuan ayah tempo dulu tersebut.

Dan ketika aku membuat sambal terasi bu Sukri, aku kembali ingat ayahku. Kebetulan, sekarang musim mangga sudah tiba. Buah mangga bisa dijumpai dengan mudah di tukang buah dengan harga yang cukup murah. Dan hatiku berdenyar teringat ayahku ketika mengulek sambal terasi resep bu Sukri. Jadi, aku pun mengupas mangga dan mencampurkannya dalam sambal terasiku. Jadilah sambal mangga bu Ade.

Ini dia resep sambal mangga :

Bahan: cabe, bawang merah, bawang putih, terasi, garam secukupnya, gula juga secukupnya, minyak goreng 3 sdm.
 Cara membuatnya: cabe, bawang merah, bawang putih, semuanya setelah dikupas dan dibersihkan, digoreng dengan minyak goreng jangan sampai kering. Asal layu saja. Setelah itu diangkat lalu diulek kasar di atas cobek. Masukkan terasi, ulek lagi, campur dengan garam dan gula. Setelah itu diaduk rata, lalu masukkan cincangan buah mangga di atasnya, aduk rata, jadi deh.







dan ini jodohnya untuk sarapan pagiku: dengan tempe dan ikan goreng.
 yuk... kita makan.




Ruang Kosong dan Ruang Penuh

$
0
0
Sudah pernah melihat sebuah ruangan yang kosong tanpa sebuah barang pun di dalamnya? Aku pernah.

Sudah pernah melihat sebuah ruangan yang penuh sekali sehingga melihatnya jadi ikut sesak napas? Aku pernah.

Inilah kedua foto ruangan yang aku ceritakan tersebut.




dua buah ruangan yang saling bertolak belakang. Yang satunya penuh banget, yang satu kosong banget.
Foto ini diikut sertakan di

Turnamen Foto Perjalanan Ronde 48 : Chamber


Bangkrut!

$
0
0
Aku tuh hobbi main game. Tapi, yang membedakan aku dan anak-anakku adalah: aku main buat iseng-iseng saja mengisi waktu senggang. Cuma kebetulan saja waktu senggangnya ternyata banyak, jadilah yang terlihat main terus. hehehe

Game yang suka aku mainkan adalah game yang tidak memerlukan pemikiran yang mendalam. Dan paling suka main game yang ada kesempatan aku mengatur ruangan, membangun rumah, bertani, mengatur tata kota, yaaa.. semacam itulah. Itu sebabnya game SIM'S pernah menjadi salah satu game yang aku gemari.
Aku bilang pernah kan?
Ya. Pernah.
Karena sekarang aku tidak pernah lagi memainkan game SIM'S lagi. Kenapa? Karena ternyata oh ternyata, aku termasuk orang yang bosan jika menemukan sesuatu yang sudah kelewat mudah atau sudah memiliki segalanya.

Hmm... bingung kan? Nggak mau mikir tapi pas dikasi yang terlalu mudah malah nggak mau.
Ya, demikianlah.
Nah.. hari ini, gara-gara mencari foto untuk diikut sertakan di turnamen foto bercerita dengan tema Chamber, eh aku ketemu sebuah foto yang menggambarkan bahwa aku dulu pernah main game SIM'S dan aku bangkrut! hahahahaha....

Aku inget nih. Jadi kejadiannya gini, aku nafsu pingin melebarkan tanah, jadi aku jual-jualin semua barang-barang yang aku miliki sebelumnya. Tapi, duitnya tetap nggak cukup, jadi aku pun mulai menjual wallpaper, lantai, lalu beranjak ngejual kamar mandi, ruang tidur, dinding per dinding aku jual-jualin... Hingga akhirnya tersisa hanya satu ruangan saja. Emang sih, tanah yang aku miliki jadi super duper lebarrrr.. tapi... aku gak punya duit sama sekali dan rumah yang aku miliki hanya sebuah bilik kamar kecil yang sempit banget. hahahahaha.... Kebayang kan gimana wajah putraku girang banget bisa menggoda ibunya yang bermain tanpa perhitungan ini. Dia puassss meledekku.

Ini nih foto ruangan dimana aku bangkrut dahulu:
bangkrut!


Viewing all 722 articles
Browse latest View live